Pengertian dan Konsep Penyusunan Soal HOTS
Nama :
Rully S. Maulana
Kelas :
B/Teknologi Pendidikan
NPM :
17861016
Mata
Kuliah : Evaluasi Pembelajaran
Dosen
Pengampu : Prof. DR. H. Uman Suherman AS. MPd.
PENGERTIAN
DAN KONSEP SOAL HOTS
Pengertian
Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan
untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan berpikir yang
tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk
tanpa melakukan pengolahan (recite). Soal-soal HOTS pada konteks asesmen mengukur
kemampuan: 1) transfer satu konsep ke konsep lainnya, 2) memproses dan
menerapkan informasi, 3) mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-
beda, 4) menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan 5) menelaah ide
dan informasi secara kritis. Meskipun demikian, soal-soal yang berbasis HOTS
tidak berarti soal yang lebih sulit daripada soal recall.
Dilihat dari dimensi pengetahuan, umumnya soal HOTS mengukur
dimensi metakognitif, tidak sekadar mengukur dimensi faktual, konseptual, atau
prosedural saja.Dimensi metakognitif menggambarkan kemampuan menghubungkan
beberapa konsep yang berbeda, menginterpretasikan, memecahkan masalah (problem
solving), memilih strategi pemecahan masalah, menemukan (discovery) metode
baru, berargumen (reasoning), dan mengambil keputusan yang tepat.
Dimensi proses berpikir dalam Taksonomi Bloom sebagaimana
yang telah disempurnakan oleh Anderson & Krathwohl (2001), terdiri atas
kemampuan: mengetahui (knowing-C1), memahami (understanding-C2), menerapkan
(aplying-C3), menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan
mengkreasi (creating-C6). Soal-soal HOTS pada umumnya mengukur kemampuan pada
ranah menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi
(creating-C6).Pada pemilihan kata kerja operasional (KKO) untuk merumuskan
indikator soal HOTS, hendaknya tidak terjebak pada pengelompokkan KKO.Sebagai
contoh kata kerja ‘menentukan’ pada Taksonomi Bloom ada pada ranah C2 dan C3.
Dalam konteks penulisan soal-soal HOTS, kata kerja ‘menentukan’ bisa jadi ada
pada ranah C5 (mengevaluasi) apabila untuk menentukan keputusan didahului
dengan proses berpikir menganalisis informasi yang disajikan pada stimulus lalu
peserta didik diminta menentukan keputusan yang terbaik. Bahkan kata kerja ‘menentukan’
bisa digolongkan C6 (mengkreasi) bila pertanyaan menuntut kemampuan menyusun
strategi pemecahan masalah baru. Jadi, ranah kata kerja operasional (KKO)
sangat dipengaruhi oleh proses berpikir apa yang diperlukan untuk menjawab
pertanyaan yang diberikan.
Pada penyusunan soal-soal HOTS umumnya menggunakan stimulus.
Stimulus merupakan dasar untuk membuat pertanyaan.Dalam konteks HOTS, stimulus
yang disajikan hendaknya bersifat kontekstual dan menarik.Stimulus dapat
bersumber dari isu-isu global seperti masalah teknologi informasi, sains,
ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur.
Stimulus juga dapat diangkat dari permasalahan-permasalahan
yang ada di lingkungan sekitar satuan pendidikan seperti budaya, adat,
kasus-kasus di daerah, atau berbagai keunggulan yang terdapat di daerah
tertentu. Kreativitas seorang guru sangat mempengaruhi kualitas dan variasi
stimulus yang digunakan dalam penulisan soal HOTS.
B. Karakteristik
Soal-soal
HOTS sangat direkomendasikan untuk digunakan pada berbagai bentuk penilaian
kelas. Untuk menginspirasi guru menyusun soal-soal HOTS di tingkat satuan
pendidikan, berikut ini dipaparkan karakteristik soal-soal HOTS.
1. Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi
The Australian Council for Educational Research (ACER)
menyatakan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan proses:
menganalisis, merefleksi, memberikan argumen (alasan), menerapkan konsep pada
situasi berbeda, menyusun, menciptakan. Kemampuan berpikir tingkat tinggi
bukanlah kemampuan untuk mengingat, mengetahui, atau mengulang.Dengan demikian,
jawaban soal-soal HOTS tidak tersurat secara eksplisit dalam stimulus.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi termasuk kemampuan untuk
memecahkan masalah (problem solving), keterampilan berpikir kritis (critical
thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kemampuan berargumen
(reasoning), dan kemampuan mengambil keputusan (decision making).Kemampuan
berpikir tingkat tinggi merupakan salah satu kompetensi penting dalam dunia
modern, sehingga wajib dimiliki oleh setiap peserta didik.
Kreativitas menyelesaikan permasalahan
dalam HOTS, terdiri atas:
a.kemampuan menyelesaikan permasalahan yang tidak familiar;
b. kemampuan mengevaluasi strategi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dari berbagai sudut pandang yang berbeda;
c. menemukan model-model penyelesaian baru yang berbeda dengan cara-cara sebelumnya.
a.kemampuan menyelesaikan permasalahan yang tidak familiar;
b. kemampuan mengevaluasi strategi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dari berbagai sudut pandang yang berbeda;
c. menemukan model-model penyelesaian baru yang berbeda dengan cara-cara sebelumnya.
‘Difficulty’ is NOT same as higher order thinking. Tingkat
kesukaran dalam butir soal tidak sama dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Sebagai contoh, untuk mengetahui arti sebuah kata yang tidak umum (uncommon
word) mungkin memiliki tingkat kesukaran yang sangat tinggi, tetapi kemampuan
untuk menjawab permasalahan tersebut tidak termasuk higher order thinking
skills.Dengan demikian, soal-soal HOTS belum tentu soal-soal yang memiliki
tingkat kesukaran yang tinggi.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat dilatih dalam proses
pembelajaran di kelas. Oleh karena itu agar peserta didik memiliki kemampuan
berpikir tingkat tinggi, maka proses pembelajarannya juga memberikan ruang
kepada peserta didik untuk menemukan konsep pengetahuan berbasis aktivitas.
Aktivitas dalam pembelajaran dapat mendorong peserta didik untuk membangun
kreativitas dan berpikir kritis.
2. Berbasis permasalahan kontekstual
Soal-soal HOTS merupakan asesmen yang berbasis situasi nyata
dalam kehidupan sehari-hari, dimana peserta didik diharapkan dapat menerapkan
konsep-konsep pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan masalah.Permasalahan
kontekstual yang dihadapi oleh masyarakat dunia saat ini terkait dengan
lingkungan hidup, kesehatan, kebumian dan ruang angkasa, serta pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan.Dalam pengertian
tersebut termasuk pula bagaimana keterampilan peserta didik untuk menghubungkan
(relate), menginterpretasikan (interprete), menerapkan (apply)dan
mengintegrasikan(integrate) ilmu pengetahuan dalam pembelajaran di kelas untuk
menyelesaikan permasalahan dalam konteks nyata.
Berikut
ini diuraikan lima karakteristik asesmen kontekstual, yang disingkat REACT.
- Relating, asesmen terkait langsung dengan konteks pengalaman kehidupan nyata.
- Experiencing, asesmen yang ditekankan kepada penggalian (exploration), penemuan (discovery), dan penciptaan (creation).
- Applying, asesmen yang menuntut kemampuan peserta didik untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di dalam kelas untuk menyelesaikan masalah-masalah nyata.
- Communicating, asesmen yang menuntut kemampuan peserta didik untuk mampu mengomunikasikan kesimpulan model pada kesimpulan konteks masalah.
- Transfering, asesmen yang menuntut kemampuan peserta didik untuk mentransformasi konsep-konsep pengetahuan dalam kelas ke dalam situasi atau konteks baru.
Ciri-ciri
asesmen kontekstual yang berbasis pada asesmen autentik, adalah sebagai
berikut.
- Peserta didik mengonstruksi responnya sendiri, bukan sekadar memilih jawaban yang tersedia;
- Tugas-tugas merupakan tantangan yang dihadapkan dalam dunia nyata;
- Tugas-tugas yang diberikan tidak hanya memiliki satu jawaban tertentu yang benar, tetapi memungkinkan banyak jawaban benar atau semua jawaban benar.
Berikut disajikan perbandingan asesmen tradisional dan
asesmen kontekstual.
3. Menggunakan bentuk soal beragam
3. Menggunakan bentuk soal beragam
Bentuk-bentuk soal yang beragam dalam sebuah perangkat tes
(soal-soal HOTS) sebagaimana yang digunakan dalam PISA, bertujuan agar dapat
memberikan informasi yang lebih rinci dan menyeluruh tentang kemampuan peserta
tes. Hal ini penting diperhatikan oleh guru agar penilaian yang dilakukan dapat
menjamin prinsip objektif.Artinya hasil penilaian yang dilakukan oleh guru
dapat menggambarkan kemampuan peserta didik sesuai dengan keadaan yang
sesungguhnya.Penilaian yang dilakukan secara objektif, dapat menjamin
akuntabilitas penilaian.
Terdapat
beberapa alternatif bentuk soal yang dapat digunakan untuk menulis butir soal
HOTS (yang digunakan pada model pengujian PISA), sebagai berikut.
a. Pilihan ganda
Pada umumnya soal-soal HOTS menggunakan stimulus yang
bersumber pada situasi nyata.Soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal (stem)
dan pilihan jawaban (option).Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban dan
pengecoh (distractor).Kunci jawaban ialah jawaban yang benar atau paling
benar.Pengecoh merupakan jawaban yang tidak benar, namun memungkinkan seseorang
terkecoh untuk memilihnya apabila tidak menguasai bahannya/materi pelajarannya
dengan baik.Jawaban yang diharapkan (kunci jawaban), umumnya tidak termuat
secara eksplisit dalam stimulus atau bacaan. Peserta didik diminta untuk
menemukan jawaban soal yang terkait dengan stimulus/bacaan menggunakan
konsep-konsep pengetahuan yang dimiliki serta menggunakan logika/penalaran.
Jawaban yang benar diberikan skor 1, dan jawaban yang salah diberikan skor 0.
b. Pilihan ganda kompleks (benar/salah, atau ya/tidak)
Soal bentuk pilihan ganda kompleks bertujuan untuk menguji
pemahaman peserta didik terhadap suatu masalah secara komprehensif yang terkait
antara pernyataan satu dengan yang lainnya.Sebagaimana soal pilihan ganda
biasa, soal-soal HOTS yang berbentukpilihan ganda kompleks juga memuat stimulus
yang bersumber pada situasi kontekstual.Peserta didik diberikan beberapa
pernyataan yang terkait dengan stilmulus/bacaan, lalu peserta didik diminta
memilih benar/salah atau ya/tidak.Pernyataan-pernyataan yang diberikan tersebut
terkait antara satu dengan yang lainnya.Susunan pernyataan benar dan pernyataan
salah agar diacak secara random, tidak sistematis mengikuti pola tertentu.Susunan
yang terpola sistematis dapat memberi petunjuk kepada jawaban yang benar.
Apabila peserta didik menjawab benar pada semua pernyataan yang diberikan
diberikan skor 1 atau apabila terdapat kesalahan pada salah satu pernyataan
maka diberi skor 0.
c. Isian singkat atau melengkapi
Soal isian
singkat atau melengkapi adalah soal yang menuntut peserta tes untuk mengisi
jawaban singkat dengan cara mengisi kata, frase, angka, atau simbol.
Karakteristik soal isian
singkat atau melengkapi adalah sebagai berikut.
singkat atau melengkapi adalah sebagai berikut.
1) Bagian
kalimat yang harus dilengkapi sebaiknya hanya satu bagian dalam ratio butir
soal, dan paling banyak dua bagian supaya tidak membingungkan siswa.
2) Jawaban yang dituntut oleh soal harus singkat dan pasti yaitu berupa kata, frase, angka, simbol, tempat, atau waktu.
2) Jawaban yang dituntut oleh soal harus singkat dan pasti yaitu berupa kata, frase, angka, simbol, tempat, atau waktu.
Jawaban
yang benar diberikan skor 1, dan jawaban yang salah diberikan skor 0.
d.
Jawaban singkat atau pendek
Soal dengan bentuk jawaban singkat atau pendek adalah soal
yang jawabannya berupa kata, kalimat pendek, atau frase terhadap suatu
pertanyaan. Karakteristik soal jawaban singkat adalah sebagai berikut:
- 1) Menggunakan kalimat pertanyaan langsung atau kalimat perintah;
- 2) Pertanyaan atau perintah harus jelas, agar mendapat jawaban yang singkat;
- 3) Panjang kata atau kalimat yang harus dijawab oleh siswa pada semua soal diusahakan relatif sama;
- 4) Hindari penggunaan kata, kalimat, atau frase yang diambil langsung dari buku teks, sebab akan mendorong siswa untuk sekadar mengingat atau menghafal apa yang tertulis dibuku. Setiap langkah/kata kunci yang dijawab benar diberikan skor 1, dan jawaban yang salah diberikan skor 0.
e. Uraian
Soal bentuk uraian adalah suatu soal yang jawabannya
menuntut siswa untuk mengorganisasikan gagasan atau hal-hal yang telah
dipelajarinya dengan cara
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut menggunakan kalimatnya sendiri dalam bentuk tertulis.
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut menggunakan kalimatnya sendiri dalam bentuk tertulis.
Dalam menulis soal bentuk uraian, penulis soal harus
mempunyai gambaran tentang ruang lingkup materi yang ditanyakan dan lingkup
jawaban yang diharapkan, kedalaman dan panjang jawaban, atau rincian jawaban
yang mungkin diberikan oleh siswa. Dengan kata lain, ruang lingkup ini
menunjukkan kriteria luas atau sempitnya masalah yang ditanyakan. Di samping
itu, ruang lingkup tersebut harus tegas dan jelas tergambar dalam rumusan
soalnya. Dengan adanya batasan sebagai ruang lingkup soal, kemungkinan
terjadinya ketidakjelasan soal dapat dihindari. Ruang lingkup tersebut juga
akan membantu mempermudah pembuatan kriteria atau pedoman penskoran.
Untuk melakukan penskoran, penulis soal dapat menggunakan
rubrik atau pedoman penskoran. Setiap langkah atau kata kunci yang dijawab
benar oleh peserta didik diberi skor 1, sedangkan yang salah diberi skor 0.
Dalam sebuah soal kemungkinan banyaknya kata kunci atau langkah-langkah
penyelesaian soal lebih dari satu.Sehingga skor untuk sebuah soal bentuk uraian
dapat dilakukan dengan menjumlahkan skor tiap langkah atau kata kunci yang
dijawab benar oleh peserta didik.
Untuk penilaian yang dilakukan oleh sekolah seperti Ujian Sekolah
(US) bentuk soal HOTS yang disarankan cukup 2 saja, yaitu bentuk pilihan ganda
dan uraian.Pemilihan bentuk soal itu disebabkan jumlah peserta US umumnya cukup
banyak, sedangkan penskoran harus secepatnya dilakukan dan diumumkan
hasilnya.Sehingga bentuk soal yang paling memungkinkan adalah soal bentuk
pilihan ganda dan uraian.Sedangkan untuk penilaian harian, dapat disesuaikan
dengan karakteristik KD dan kreativitas guru mata pelajaran.
Pemilihan
bentuk soal hendaknya dilakukan sesuai dengan tujuan penilaian yaitu assessment
of learning, assessment for learning, dan assessment as learning.
Masing-masing guru mata pelajaran hendaknya kreatif
mengembangkan soal-soal HOTS sesuai dengan KI-KD yang memungkinkan dalam mata
pelajaran yang diampunya.Wawasan guru terhadap isu-isu global, keterampilan
memilih stimulus soal, serta kemampuan memilih kompetensi yang diuji, merupakan
aspek-aspek penting yang harus diperhatikan oleh guru, agar dapat menghasilkan
butir-butir soal yang bermutu.
C.
Level Kognitif
Anderson & Krathwohl (2001)
mengklasifikasikandimensi prosesberpikir sebagai berikut.
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, terdapat beberapa
kata kerja operasional (KKO) yang sama namun berada pada ranah yang berbeda.
Perbedaan penafsiran ini sering muncul ketika guru menentukan ranah KKO yang
akan digunakan dalam penulisan indikator soal. Untuk meminimalkan permasalahan
tersebut, Puspendik (2015) mengklasifikasikannya menjadi 3 level kognitif
sebagaimana digunakan dalam kisi-kisi UN sejak tahun pelajaran 2015/2016.
Pengelompokan level kognitif tersebut yaitu: 1) pengetahuan dan pemahaman
(level 1), 2) aplikasi (level 2), dan 3) penalaran (level 3). Berikut
dipaparkan secara singkat penjelasan untuk masing-masing level tersebut.
1. Pengetahuan dan Pemahaman (Level 1)
Level kognitif pengetahuan dan pemahaman mencakup dimensi
proses berpikir mengetahui (C1) dan memahami (C2). Ciri-ciri soal pada level 1
adalah mengukur pengetahuan faktual, konsep, dan prosedural.Bisa jadi soal-soal
pada level 1 merupakan soal kategori sukar, karena untuk menjawab soal tersebut
peserta didik harus dapat mengingat beberapa rumus atau peristiwa, menghafal
definisi, atau menyebutkan langkah-langkah (prosedur) melakukan sesuatu. Namun
soal-soal pada level 1 bukanlah merupakan soal-soal HOTS. Contoh KKO yang
sering digunakan adalah: menyebutkan, menjelaskan, membedakan, menghitung,
mendaftar, menyatakan, dan lain-lain.
Contoh
soal pada level 1 mata pelajaran Biologi:
Di antara eubacteria berikut yang
dapat menimbulkan sakit perut (diare) pada manusia
adalah….
A. Psedomonas sp
B. Thiobaccilus ferrooksidan
C. Clostridium botulinum
D. Escerichia coli
E. Acetobacter xylinum
adalah….
A. Psedomonas sp
B. Thiobaccilus ferrooksidan
C. Clostridium botulinum
D. Escerichia coli
E. Acetobacter xylinum
Penjelasan:
Soal di atas termasuk level 1 karena hanya membutuhkan kemampuan mengingat atau menghafal nama bakteri penyebab diare.
Soal di atas termasuk level 1 karena hanya membutuhkan kemampuan mengingat atau menghafal nama bakteri penyebab diare.
2. Aplikasi (Level 2)
Soal-soal pada level kognitif aplikasi membutuhkan kemampuan
yang lebih tinggi daripada level pengetahuan dan pemahaman. Level kognitif
aplikasi mencakup dimensi proses berpikir menerapkan atau mengaplikasikan (C3).
Ciri-ciri soal pada level 2 adalah mengukur kemampuan: a) menggunakan
pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural tertentu pada konsep lain dalam
mapel yang sama atau mapel lainnya; atau b) menerapkan pengetahuan faktual,
konseptual, dan prosedural tertentu untuk menyelesaikan masalah kontekstual
(situasi lain). Bisa jadi soal-soal pada level 2 merupakan soal kategori sedang
atau sukar, karena untuk menjawab soal tersebut peserta didik harus dapat
mengingat beberapa rumus atau peristiwa, menghafal definisi/konsep, atau
menyebutkan langkah-langkah (prosedur) melakukan sesuatu.
Selanjutnya pengetahuan tersebut digunakan pada konsep lain
atau untuk menyelesaikan permasalahan kontekstual. Namun soal-soal pada level 2
bukanlah merupakan soal-soal HOTS. Contoh KKO yang sering digunakan adalah:
menerapkan, menggunakan, menentukan, menghitung, membuktikan, dan lain-lain.
Contoh soal pada level 2 mata pelajaran Ekonomi: Jumlah uang yang beredar di
masyarakat sebesar Rp100 milyar, tingkat harga umum yang berlaku Rp200.000,00
dan jumlah barang yang diperdagangkan 5.000.000 unit, maka kecepatan uang yang
beredar menurut teori kuantitas Irving Fisher adalah …..
A. 5 kali B. 10 kali C. 50 kali D. 100 kali E. 1000 kali
A. 5 kali B. 10 kali C. 50 kali D. 100 kali E. 1000 kali
Penjelasan:
Soal di atas termasuk level 2 karena untuk menjawab soal tersebut, peserta didik harus mampu mengingat teori kuantitas Irving Fisher selanjutnya digunakan untuk menentukan kecepatan uang yang beredar.
Soal di atas termasuk level 2 karena untuk menjawab soal tersebut, peserta didik harus mampu mengingat teori kuantitas Irving Fisher selanjutnya digunakan untuk menentukan kecepatan uang yang beredar.
3. Penalaran (Level 3)
Level penalaran merupakan level kemampuan berpikir tingkat tinggi
(HOTS), karena untuk menjawab soal-soal pada level 3 peserta didik harus mampu
mengingat, memahami, dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, dan
prosedural serta memiliki logika dan penalaran yang tinggi untuk memecahkan
masalah-masalah kontekstual (situasi nyata yang tidak rutin). Level penalaran
mencakup dimensi proses berpikir menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan
mengkreasi (C6). Pada dimensi proses berpikir menganalisis (C4)menuntut
kemampuan peserta didik untuk menspesifikasi aspek-aspek/elemen, menguraikan,
mengorganisir, membandingkan, dan menemukan makna tersirat. Pada dimensi proses
berpikir mengevaluasi (C5) menuntut kemampuan peserta didik untuk menyusun
hipotesis, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, membenarkan atau menyalahkan.
Sedangkan pada dimensi proses berpikir mengkreasi (C6)
menuntut kemampuan peserta didik untuk merancang, membangun, merencanakan,
memproduksi, menemukan, memperbaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah,
menggubah. Soal-soal pada level penalaran tidak selalu merupakan soal-soal
sulit.
Ciri-ciri soal pada level 3 adalah menuntut kemampuan
menggunakan penalaran dan logika untuk mengambil keputusan (evaluasi),
memprediksi &merefleksi, serta kemampuan menyusun strategi baru untuk
memecahkan masalah kontesktual yang tidak rutin. Kemampuan menginterpretasi,
mencari hubungan antar konsep, dan kemampuan mentransfer konsep satu ke konsep
lain, merupakan kemampuan yang sangat penting untuk menyelesaiakan soal-soal
level 3 (penalaran). Kata kerja operasional (KKO) yang sering digunakan antara
lain: menguraikan, mengorganisir, membandingkan, menyusun hipotesis,
mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, menyimpulkan, merancang, membangun,
merencanakan, memproduksi, menemukan, memperbaharui, menyempurnakan,
memperkuat, memperindah, dan menggubah.Berikut disajikan contoh soal level 3
mata pelajaran PJOK.
Seorang pemain penyerang melakukan
serangan ke gawang.Pemain yang bertahan berupaya untuk mempertahankan daerah
pertahanan dan merebut bola.Penjaga gawang berupaya agar gawangnya tidak
kemasukan bola. Perhatikan gambar berikut!
Kartu Soal
Mata Pelajaran : Matematika Wajib
Kelas/Semester : XI/1
Kurikulum : 2013
Kartu Soal
Mata Pelajaran : Matematika Wajib
Kelas/Semester : XI/1
Kurikulum : 2013
INSTRUMEN
TELAAH SOAL HOTS
BENTUK
TES PILIHAN GANDA/URAIAN
Disajikan contoh
soal HOTS Kimia
“menggunakan
stimulus data untuk memecahkan masalah”
Mata
Pelajaran
: Kimia
Kelas/Semester
: XII/1
Kurikulum
: Kurikulum
2013
Kompetensi
Dasar : 3.8
Menganalisis kelimpahan, kecenderungan sifat fisikadan kimia, manfaat,dan
proses pembuatan unsur-unsur periode 3 dan golongan transisi (periode4)
Materi
:
Sifat-sifat unsur periode ketiga
Indikator
Soal
:
Disajikan tiga unsur periode ketiga dan data hasil percobaan reaksinya,
peserta didik dapat menentukan dengan tepat urutansifat reduktor dari sifat
reduktor yang paling lemah ke sifat reduktor yang paling kuat.
Level
Kognitif
:
Penalaran (C4)
Daya
pereduksi dan daya pengoksidasi berkaitan dengan kecenderungan melepas atau
menyerap elektron.Zat pereduksi (reduktor) melepas elektron pada reaksi redoks,
sedangkan zat pengoksidasi (oksidator) menyerap elektron.Jadi, makin mudah
suatu spesi melepas elektron makin kuat daya pereduksinya.Sebaliknya, makin
kuat menyerap elektron makin kuat daya pengoksidasinya.Makin besar (makin
positif) harga potensial elektrode, makin mudah mengalami reduksi, sebaliknya
makin kecil (makin negatif) harga potensial elektrode, makin mudah
teroksidasi.Harga potensial elektrode dari beberapa unsur periode ketiga adalah
sebagai berikut.
Keterangan:
Soal ini
termasuk soal HOTS karena mengukur kemampuan peserta didik dalam:
- menelaah data percobaan sifat unsur berdasarkan hasil reaksi secara kritis,
- memproses dan menerapkan informasi hasil reaksi,
- menggunakandata percobaan untuk menyimpulkan urutan kekuatan sifat reduktor dari yang lemah ke yang lebih kuat.
Langkah-Langkah Penyusunan Soal HOTS
Untuk
menulis butir soal HOTS, penulis soal dituntut untuk dapat menentukan
perilaku yang hendak diukur dan merumuskan materi yang akan dijadikan dasar
pertanyaan (stimulus) dalam konteks tertentu sesuai dengan perilaku yang
diharapkan. Selain itu uraian materi yang akan ditanyakan (yang menuntut penalaran
tinggi) tidak selalu tersedia di dalam buku pelajaran. Oleh karena itu dalam
penulisan soal HOTS, dibutuhkan penguasaan materi ajar, keterampilan
dalam menulis soal (kontruksi soal), dan kreativitas guru dalam memilih
stimulus soal sesuai dengan situasi dan kondisi daerah di sekitar satuan
pendidikan.Berikut dipaparkan langkah-langkah penyusunan soal-soal HOTS.
- Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS
Terlebih
dahulu guru-guru memilih KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS.Tidak
semua KD dapat dibuatkan model-model soal HOTS.Guru-guru secara mandiri
atau melalui forum MGMP dapat melakukan analisis terhadap KD yang dapat
dibuatkan soal-soal HOTS.
- Menyusun kisi-kisi soal
Kisi-kisi
penulisan soal-soal HOTS bertujuan untuk membantu para guru dalam
menulis butir soal HOTS. Secara umum, kisi-kisi tersebut diperlukan
untuk memandu guru dalam: (a) memilih KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS,
(b) memilih materi pokok yang terkait dengan KD yang akan diuji, (c) merumuskan
indikator soal, dan (d) menentukan level kognitif.
- Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual
Stimulus yang digunakan hendaknya menarik, artinya mendorong
peserta didik untuk membaca stimulus. Stimulus yang menarik umumnya
baru, belum pernah dibaca oleh peserta didik. Sedangkan stimulus
kontekstual berarti stimulus yang sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan
sehari-hari, menarik, mendorong peserta didik untuk membaca.Dalam konteks Ujian
Sekolah, guru dapat memilih stimulus dari lingkungan sekolah atau daerah
setempat.
- Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal
Butir-butir pertanyaan ditulis sesuai dengan kaidah
penulisan butir soal HOTS.Kaidah penulisan butir soal HOTS, agak
berbeda dengan kaidah penulisan butir soal pada umumnya. Perbedaannya terletak
pada aspek materi, sedangkan pada aspek konstruksi dan bahasa relatif sama.
Setiap butir soal ditulis pada kartu soal, sesuai format terlampir.
- Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban
Setiap butir soal HOTS yang ditulis hendaknya dilengkapi
dengan pedoman penskoran atau kunci jawaban.Pedoman penskoran dibuat untuk
bentuk soal uraian.Sedangkan kunci jawaban dibuat untuk bentuk soal pilihan
ganda, pilihan ganda kompleks (benar/salah, ya/tidak), dan isian singkat.
PERAN SOAL HOTS DALAM PENILAIAN
A. Penilaian
Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan
pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah terdiri atas penilaian hasil
belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan
penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.Penilaian hasil belajar oleh pendidik
bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi proses,kemajuan belajar, dan perbaikan
hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.
Penilaian hasil belajar oleh satuan
pendidikan bertujuan untuk menilai pencapaian
Standar Kompetensi Lulusan untuk semua mata pelajaran.Penilaian hasil
belajar peserta didik meliputi aspek sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.Penilaian aspek sikap dilakukan melalui observasi/pengamatan dan
teknik penilaian lain yangrelevan, dan pelaporannya menjadi tanggungjawab wali
kelas atau guru kelas. Penilaian aspekpengetahuan dilakukan melalui tes
tertulis, tes lisan, dan penugasan sesuai dengan kompetensiyang dinilai.
Penilaian keterampilan dilakukan melalui praktik, produk, proyek, portofolio,
dan atau tehbnik lain sesjuai dengan kompetensi yang dinilai. Penilaian hasil
belajar oleh pendidik dilakukan dalam bentuk ulangan, pengamatan,
penugasan,dan/atau bentuk lain yang diperlukan. Penilaian hasil belajar oleh
satuan pendidikan dilakukandalam bentuk penilaian akhir dan ujian sekolah.
B.
Peran Soal HOTS dalam Penilaian
Soal-soal HOTS bertujuan untuk mengukur keterampilan
berpikir tingkat tinggi.Dalam melakukan Penilaian, guru dapat menyisipkan
beberapa butir soal HOTS. Berikut dipaparkan beberapa peran soal-soal HOTS
dalam meningkatkan mutu Penilaian.
- Mempersiapkan kompetensi peserta didik menyongsong abad ke-21
Penilaian yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan
diharapkan dapat membekali peserta didik untuk memiliki sejumlah kompetensi
yang dibutuhkan pada abad ke-21. Secara garis besar, terdapat 3 kelompok
kompetensi yang dibutuhkan pada abad ke-21 (21st century skills) yaitu:
a) memiliki karakter yang baik (beriman dan taqwa, rasa ingin tahu, pantang
menyerah, kepekaan sosial dan berbudaya, mampu beradaptasi, serta memiliki daya
saing yang tinggi); b) memiliki sejumlah kompetensi (berpikir kritis dan
kreatif, problem solving, kolaborasi, dan komunikasi); serta c)
menguasai literasi mencakup keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber
pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan auditori.
Penyajian soal-soal HOTSdalam Penilaian dapat melatih
peserta didik untuk mengasah kemampuan dan keterampilannya sesuai dengan
tuntutan kompetensi abad ke-21 di atas. Melalui penilaian berbasis pada
soal-soal HOTS, keterampilan berpikir kritis (creative thinking and
doing), kreativitas (creativity) dan rasa percaya diri (learning
self reliance), akan dibangun melalui kegiatan latihan menyelesaikan
berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari- hari (problem-solving).
- Memupuk rasa cinta dan peduli terhadap kemajuan daerah
Dalam Penilaian guru diharapkan dapat mengembangkan
soal-soal HOTS secara kreatif sesuai dengan situasi dan kondisi di
daerahnya masing-masing.Kreativitas guru dalam hal pemilihan stimulus yang
berbasis permasalahan daerah di lingkungan satuan pendidikan sangat
penting.Berbagai permasalahan yang terjadi di daerah tersebut dapat diangkat
sebagai stimulus kontekstual.Dengan demikian stimulus yang dipilih oleh guru
dalam soal-soal HOTS menjadi sangat menarik karena dapat dilihat dan
dirasakan secara langsung oleh peserta didik.Di samping itu, penyajian
soal-soal HOTS dalam ujian sekolah dapat meningkatkan rasa memiliki dan
cinta terhadap potensi-potensi yang ada di daerahnya.Sehingga peserta didik
merasa terpanggil untuk ikut ambil bagian untuk memecahkan berbagai
permasalahan yang timbul di daerahnya.
- Meningkatkan motivasi belajar peserta didik
Pendidikan formal di sekolah hendaknya dapat menjawab
tantangan di masyarakat sehari- hari.Ilmu pengetahuan yang dipelajari di dalam
kelas, agar terkait langsung dengan pemecahan masalah di masyarakat.Dengan
demikian peserta didik merasakan bahwa materi pelajaran yang diperoleh di dalam
kelas berguna dan dapat dijadikan bekal untuk terjun di
masyarakat.Tantangan-tantangan yang terjadi di masyarakat dapat dijadikan stimulus
kontekstual dan menarik dalam Penilaian, sehingga munculnya
soal-soal berbasis soal-soal HOTS, yang diharapkan dapat
menambah motivasi belajar peserta didik.
- Meningkatkan mutu Penilaian
Penilaian yang berkualitas akan dapat meningkatkan
mutu pendidikan. Dengan membiasakan melatih siswa untuk menjawab soal-soal
HOTS, maka diharapkan siswa dapat berpikir secara kritis dan kreatif. Ditinjau
dari hasil yang dicapai dalam US dan UN, terdapat 3 kategori sekolah yaitu: (a)
sekolah unggul, apabila rerata nilai US lebih kecil daripada rerata UN; (b)
sekolah biasa, apabila rerata nilai US tinggi diikuti dengan rerata nilai UN
yang tinggi dan sebaliknya nilai rerata US rendah diikuti oleh rerata nilai UN
juga rendah; dan (c) sekolah yang perlu dibina bila rerata nilai US lebih besar
daripada rerata nilai UN.
Masih banyak satuan pendidikan dalam kategori sekolah yang
perlu dibina.Indikatornya adalah rerata nilai US lebih besar daripada rerata
nilai UN. Ada kemungkinan soal-soal buatan guru, level kognitifnya lebih rendah
daripada soal-soal pada UN. Umumnya soal-soal US yang disusun oleh guru selama
ini, kebanyakan hanya mengukur level 1 dan level 2 saja. Penyebab lainnya
adalah belum disisipkannya soal-soal HOTS dalam US yang menyebabkan
peserta didik belum terbiasa mengerjakan soal-soal HOTS. Di sisi lain,
dalam soal-soal UN peserta didik dituntut memiliki kemampuan mengerjakan
soal-soal HOTS. Setiap tahun persentase soal-soal HOTS yang
disisipkan dalam soal UN terus ditingkatkan. Sebagai contoh pada UN tahun
pelajaran 2015/2016 kira-kira terdapat 20% soal-soal HOTS. Oleh karena
itu, agar rerata nilai US tidak berbeda jauh dengan rerata nilai UN, maka dalam
penyusunan soal-soal US agar disisipkan soal-soal HOTS.
STRATEGI DAN IMPLEMENTASI PENYUSUNAN SOAL HOTS
Strategi
Strategi penyusunan soal-soal HOTS dilakukan dengan
melibatkan seluruh komponen stakeholder di bidang pendidikan mulai dari
tingkat pusat sampai ke daerah, sesuai dengan tugas pokok dan kewenangan
masing-masing.
- Pusat
Direktorat Pembinaan SMA sebagai leading sector dalam
pembinaan SMA di seluruh Indonesia, mengkoordinasikan strategi penyusunan
soal-soal HOTS dengan dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota dan
instansi terkait melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut.
- Merumuskan kebijakan penyusunan soal-soal HOTS;
- Menyiapkan bahan berupa modul penyusunan soal-soal HOTS;
- Melaksanakan pelatihan pengawas, kepala sekolah, dan guru terkait dengan strategi penyusunan soal-soal HOTS;
- Melaksanakan pendampingan ke sekolah-sekolah bekerjasama dengan dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota dan instansi terkait lainnya.
2. Dinas Pendidikan
Dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan
kewenangannya di daerah, menindaklanjuti kebijakan pendidikan di tingkat pusat
dengan melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.
- Mensosialisasikan kebijakan penyusunan soal-soal HOTSdan implementasinya dalam Penilaian;
- Memfasilitasi kegiatan penyusunan soal-soal HOTSdalam rangka persiapan penyusunan soal-soal;
- Melaksanakan pengawasan dan pembinaan ke sekolah-sekolah
- Satuan Pendidikan
Satuan pendidikan sebagai pelaksana teknis penyusunan
soal-soal HOTS, sebagai salah satu bentuk pelayanan mutu pendidikan.
Dalam konteks pelaksanaan Penilaian, satuan pendidikan menyiapkan bahan-bahan
Penilaiandalam bentuk soal-soal yang memuat soal-soal HOTS.
- Meningkatkan pemahaman guru tentang penulisan butir soal yang mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS).
- Meningkatkan keterampilan guru untuk menyusun instrumen penilaian (High Order Thinking Skills/HOTS)
Implementasi
Penyusunan
soal-soal HOTS di tingkat satuan pendidikan dapat diimplementasikan
dalam bentuk kegiatan sebagai berikut.
- Kepala sekolah memberikan arahan teknis kepada guru-guru/MGMPsekolah tentang strategi penyusunan soal-soal HOTS yang mencakup:
- Menganalisis KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS;
- Menyusun kisi-kisi soal HOTS;
- Menulis butir soal HOTS;
- Membuat pedoman penilaianHOTS;
- Menelaah dan memperbaiki butir soal HOT;
- Menggunakan beberapa soal HOTS dalam Penilaian.
- Wakasek kurikulum dan Tim Pengembang Kurikulum Sekolah menyusun rencana kegiatan untuk masing-masing MGMP sekolah yang memuat antara lain uraian kegiatan, sasaran/hasil,pelaksana, jadwal pelaksanaan kegiatan.Kepala sekolah menetapkan dan menandatangani rencana kegiatan dan rambu-rambu tentang penyusunan soal-soal HOTS;
- Kepala sekolah menugaskan guru/MGMP sekolah melaksanakan kegiatan sesuai rencana kegiatan;
- Guru/MGMP sekolah melaksanakan kegiatan sesuai penugasan darikepala sekolah;
- Kepala sekolah dan wakasek kurikulum melakukan evaluasi terhadap hasil penugasan kepada guru/MGMP sekolah;
- Kepala sekolah mengadministrasikan hasil kerja penugasan guru/MGMP sekolah, sebagai bukti fisik kegiatan penyusunan soal-soal HOTS.
Daftar Pustaka
Dr. I Wayan Widana, S.Pd., M.Pd.
2017, Modul Penyusunan Soal High Order Thinking
Skill DIREKTORAT PEMBINAAN SMA
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Komentar
Posting Komentar