Pembelajaran M-Learning
BAB I
PENDAHULUAN
Penerapan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di institusi pendidikan, saat ini
sudah menjadi keharusan, karena penerapan TIK dapat menjadi salah satu
indikator keberhasilan suatu institusi pendidikan, karena di jaman yang sudah
modern ini banyak pembelajaran yang tak hanya di lakukan melalui sistem tatap
muka atau formal saja. Banyak guru/dosen yang memanfaatkan kemajuan teknologi dengan mengunakan
internet sebagai pembelajaran online atau biasa kita dengar dengan online
learning. Tren baru dalam
dunia eLearning saat ini adalah
dikenal adanya dengan istilah Mobile Learning, penggunaan media portable
seperti Smartphone, IPhone, PCTablet untuk mengakses sistem pembelajaran online
sedang ramai dibicarakan dan digunakan di negara maju seperti Amerika Serikat.
Penggunaan Mobile Learning sebagai penunjang proses belajar mengajar ini dirasa
bisa menambah fleksibilitas dalam kegiatan belajar mengajar.
Pendidikan pada dasarnya adalah
usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan
memfasilitasi kegiatan bellajar mereka. Belajar adalah istilah kunci (key
term)yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa
belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses,
belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu
yang berkaitan dengan upaya pendidikan.
Belajar juga memainkan peranan
penting dalam mempertahankan sekelompok umat manusia(bangsa) ditengah-tengah persaingan yang ketat
diantara bangsa-bangsa lainnya yang terlebih dahulu maju karena belajar. Arti
belajar itu sendiri yaitu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Setiap siswa memang tidak ada yang
sama, perbedaan individual inilah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku
belajar dikalangan siswa, sehingga menyebabkan perbedaan prestasi belajar. Prestasi
belajar merupakan hasil dari suatu proses yang didalamnya terdapat
sejumlah factor yang mempengaruhi, tinggi rendahnya prestasi belajar siswa
tergantung pada factor-faktor tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian M-Learning
Menurut Clark Quinn [Quinn 2000] mobile
learning merupakan model pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi. Pada konsep pembelajaran tersebut mobile learning membawa manfaat
ketersediaan materi ajar yang dapat di akses setiap saat dan visualisasi materi
yang menarik. Hal penting yang perlu di perhatikan bahwa tidak setiap materi
pengajaran cocok memanfaatkan mobile learning.
Istilah
mobile learning (m-Learning) mengacu kepada penggunaan perangkat/divais
teknologi informasi (TI) genggam dan bergerak, seperti PDA, telepon genggam,
Laptop dan tablet PC, dalam pengajaran dan pembelajaran. Mobile Learning (m-Learning)merupakan
bagian dari electronic learning (e-Learning) sehingga, dengan
sendirinya, juga merupakan bagian dari distance learning (d-Learning).
Beberapa
kemampuan penting yang harus disediakan oleh perangkat pembelajaran m-Learning
adalah adanya kemampuan untuk terkoneksi ke peralatan lain (terutama komputer),
kemampuan menyajikan informasi pembelajaran dan kemampuan untuk merealisasikan
komunikasi bilateral antara pengajar dan pembelajar. M-Learning adalah
pembelajaran yang unik karena pembelajar dapat mengakses materi pembelajaran,
arahan dan aplikasi yang berkaitan dengan pembelajaran, kapan-pun dan
dimana-pun. Hal ini akan meningkatkan perhatian pada materi pembelajaran,
membuat pembelajaran menjadi pervasif, dan dapat mendorong motivasi pembelajar
kepada pembelajaran sepanjang hayat (lifelong learning). Selain itu,
dibandingkan pembelajaran konvensional, m-Learning memungkinkan adanya lebih
banyak kesempatan untuk kolaborasi secara ad hoc dan berinteraksi secara
informal diantara pembelajar.
Mobile learning merupakan paradigma baru dalam dunia pembelajaran. Model
pembelajaran ini muncul untuk merespon perkembangan dunia teknologi informasi
dan komunikasi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi bergerak, yang
sangat pesat belakangan ini. Selain itu tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini,
divais komunikasi bergerak adalah salah satu perangkat yang lekat dengan
kehidupan sehari-hari aktor pembelajaran seperti pengajar dan siswa. Aplikasi
mobile lerning saat ini masih berada dalam tahap pengembangan dan dikaji oleh
para pakar.
Stevanus Wisnu Wijaya (2006) menjelaskan bahwa materi ajar
yang tidak cocok mengadopsi konsep mobile learning antara lain: materi yang
bersifat hands on, keterampilan sebagaimana dokter gigi, seni musik khususnya
mencipta lagu, interview skills, team work seperti marketing maupun materi yang
membutuhkan pengungkapan ekspresi seperti tarian. Mempertimbangkan hal-hal
tersebut di atas maka penerapan mobile learning lebih baik pada jenjang
pendidikan tinggi.
Mobile learning atau m-learning sering
didefinisikan sebagai e-learning melalui perangkat komputasi mobile
(Andy, 2007: 6). Ally (2004) mendefinisikan mobile learning merupakan
penyampaian bahan pembelajaran elektronik pada alat komputasi mobile agar dapat
diakses darimana saja dan kapan saja. Pada umumnya, perangkat mobile berupa
telepon seluler digital dan PDA. Namun, secara lebih umum dapat didefinisikan sebagai
perangkat apapun yang berukuran cukup kecil, dapat bekerja sendiri, dapat
dibawa setiap waktu dalam kehidupan sehari-hari, dan yang dapat digunakan untuk
beberapa bentuk pembelajaran. Perangkat kecil ini dapat dilihat sebagai alat
untuk mengakses konten, baik disimpan secara local pada device maupun dapat
dijangkau melalui interkoneksi. Perangkat ini juga dapat menjadi alat untuk
berinteraksi dengan orang lain, baik melalui suara, maupun saling bertukar
pesan tertulis, gambar diam dan gambar bergerak.
Prestasi
Belajar atau Hasil Belajar (Achievement) yang merupakan
realisasi atau perkara dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang
di miliki seseorang. Berikut merupakan beberapa definisi tantang prestasi
belajar menurut beberapa ahli, yaitu:
1.
Sumadi Suryabrata, Prestasi
Belajar adalah nilai sebagai rumusan yang diberikan guru bidang studi
mengenai kemajuan atau prestasi belajar selama masa tertentu. (Sumadi
Suryabrata, 1998)
2.
Siti Pratini, Prestasi
Belajar adalah suatu hasil yang dicapai seseorang dalam
melakukan kegiatan belajar. (Siti Pratini, 2005)
3.
Kamus Bahasa Indonesia yang
dinamakan Prestasi adalah hasil yang telah dicapai,
dilakukan, dikerjakan dan sebagainya.
4.
Bukhari M.Ed, Prestasi dapat kita
artikan sebagai hasil yang telah dicapai atau hasil yang sebenarnya
dicapai. (Bukhari M, 1983)
5.
WS. Winkel, Prestasi
belajar merupakan hasil belajar yang
ditampakkan oleh siswa berdasarkan kemampuan
internal yang diperoleh sesuai dengan tujuan instruksional. (Winkel
WS, 1989)
2.2 Kerangka
Pemikiran dan Argumentasi keilmuan
Kerangka
Pemikiran tentang mobile learning
Fungsi dan Manfaat Mobile Learning
Terdapat
tiga fungsi Mobile Learning dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas
(classroom instruction), yaitu sebagai suplement (tambahan) yang sifatnya
pilihan (opsional), pelengkap (komplemen), atau pengganti (substitusi).
·
Suplemen (tambahan)
Mobile
Learning berfungsi sebagai suplement (tambahan), yaitu: peserta didik mempunyai
kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi Mobile Learning atau tidak.
Dalam hal ini, tidak ada kewajiban/keharusan bagi peserta didik untuk mengakses
materi Mobile Learning. Sekalipun sifatnya opsional, peserta didik yang
memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan.
·
Komplemen (pelengkap)
Mobile
Learning berfungsi sebagai komplemen (pelengkap), yaitu: materinya diprogramkan
untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima peserta didik di dalam
kelas. Di sini berarti materi Mobile Learning diprogramkan untuk menjadi materi
reinforcement (penguatan) atau remedial bagi peserta didik di dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran konvensional.
·
Substitusi (pengganti)
Beberapa
perguruan tinggi di negara-negara maju memberikan beberapa alternatif model
kegiatan pembelajaran kepada para peserta didik /siswanya. Tujuannya agar para
peserta didik dapat secara fleksibel mengelola kegiatan perkuliahannya sesuai
dengan waktu dan aktifitas sehari-hari peserta didik. Ada tiga alternative
model kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih peserta didik, yaitu: 1)
sepenuhnya secara tatap muka (konvensional); 2) sebagian secara tatap muka dan
sebagian lagi melalui internet, atau 3) sepenuhnya melalui internet.
Mobile
Learning mempermudah interaksi antara peserta didik dengan materi pelajaran.
Demikian juga interaksi antara peserta didik dengan pendidik/instruktur maupun
antara sesama peserta didik dapat saling berbagi informasi atau pendapat
mengenai berbagi hal yang menyangkut pelajaran ataupun kebutuhan pengembangan
diri peserta didik. Pendidik/instruktur dapat menempatkan bahan-bahan belajar
dan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik di tempat tertentu di
dalam websites untuk diakses oleh para peserta didik. Sesuai dengan kebutuhan,
pendidik/instruktur dapat pula memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mengakses bahan belajar tertentu maupun soal-soal ujian yang hanya dapat
diakses oleh peserta didik sekali saja dan dalam rentangan waktu tertentu pula.
Berikut ini
ada beberapa manfaat mengenai Mobile Learning dari dua sudut,
yaitu dari sudut peserta didik dan pendidik:
a. Peserta Didik
Dengan kegiatan Mobile Learning
dimungkinkan berkembangnya fleksibilitas belajar yang tinggi. Artinya,
peserta didik dapat mengaskses bahan-bahan belajar setiap saat dan
berulang-ulang. Peserta didik juga dapat berkomunikasi dengan pendidik setiap
saat. Dengan kondisi yang demikian ini, peserta didik dapat lebih memantapkan
penguasaannya terhadap materi pembelajaran.
Manakala fasilitas infrastruktur tidak hanya tersedia di daerah perkotaan tetapi telah menjangkau daerah kecamatan dan pedesaaan, maka kegiatan Mobile Learning akan memberikan manfaat kepada peserta didik yang :
Manakala fasilitas infrastruktur tidak hanya tersedia di daerah perkotaan tetapi telah menjangkau daerah kecamatan dan pedesaaan, maka kegiatan Mobile Learning akan memberikan manfaat kepada peserta didik yang :
1) belajar di sekolah-sekolah kecil
di daerah miskin untuk mengikuti mata pelajaran tertentu yang tidak dapat
diberikan oleh sekolahnya;
2) mengikuti program pendidik
dirumah (home schoolers) untuk mempelajari materi pembelajaran yang tidak dapat
diajarkan oleh para orang tuanya, seperti bahasa asing dan keterampilan di
bidang komputer;
3) merasa phobia dengan sekolah,
atau peserta didik yang dirawat di rumah sakit maupun di rumah, yang putus
sekolah tetapi berminat melanjutkan pendidikannya, maupun peserta didik yang
berada di berbagai daerah atau bahkan yang berada di luar negeri; dan
4) tidak tertampung di sekolah
konvensional untuk mendapatkan pendidikan.
b. Pendidik
Dengan adanya kegiatan Mobile Learning, beberapa manfaat yang diperoleh pendidik/instruktur antara lain adalah bahwa mereka dapat:
1) lebih mudah melakukan
pemutakhiran bahan-bahan belajar yang menjadi tanggung jwabnya sesuai
dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang terjadi;
2) mengembangkan diri atau melakukan
penelitian guna peningkata wawasannya karena waktu luang yang dimiliki relatif
banyak;
3) mengontrol kegiatan belajar
peserta didik, bahkan pendidik/instruktur juga dapat mengetahui kapan peserta
didiknya belajar, topik apa yang dipelajari, berapa lama sesuatu topik
dipelajri, serta berapa kali topik tertentu dipelajari ulang;
4) mengecek apakah peserta didik
telah mengerjakan soal-soal latihan setelah mempelajari topik tertentu;
5) memeriksa jawaban peserta didik
dan memberitahukan hasilnya kepda peserta didik.
Mobile Learning dapat dimanfaatkan
dan dikembangkan dalam membentuk budaya belajar baru yang lebih modern,
demokratis dan mendidik. Budaya belajar adalah bagian kecil dari budaya
masyarakat.
Budaya
masyarakat diartikan sebagai keterpaduan keseluruhan objek, ide, pengetahuan,
lembaga, cara mengerjakan sesuatu, kebiasaan, pola perilaku, nilai, dan sikap
tiap generasi dalam suatu masyarakat yang diterima suatu generasi dari generasi
pendahulunya dan diteruskan acapkali dalam bentuk yang sudah berubah kepada
generasi penerusnya (Kartasasmita, 2003).
Keunggulan dan kekurangan mobile
learning.
Mobile
leraning memiliki kenggulan dan kekurangan, diantaranya :
a.Kenggulan mobile leraning.
Perkembangan teknologi
telah menciptakan pengembangan berbagai terobosan dalam pembelajaran. Di tengah
perkembangann ini learner (pembelajar) bersinggungan dengan perangkat-perangkat
teknologi komunikasi bergerak dan teknologi internet telah menjadi gelombang
kecenderungan baru yang memungkinkan pembelajaran secara mobile atau lebih
dikenal sebagai mobile learning (m-learning) memanfaatkan divais bergerak,
khususnya telepon genggam. Kombinasi teknologi telekomunikasi dan internet
memungkinkan pengembangan sistem mobile learning atau m-learning yang pada sisi
klien memanfaatkan divais begerak, berinteraksi dengan sisi server, yaitu web
server.
Meskipun saat ini m-learning masih berada pada tahap awal pengembangan serta
relatif belum begitu mapan, namun, m-learning diperkirakan akan menjadi cukup
pesat dalam jangka waktu dekat. Hal ini didukung oleh beberapa faktor :
1.
Sarana makin banyak, murah dan
canggih.
2.
Perkembangan tekhnologi wireless /
seluler ( 2G, 2.5G, 3G, 3.5G ).
3.
Tuntutan kebutuhan.
Sebuah penelitian juga menunjukan bahwa pembelajar cukup nyaman menatap
tampilan layar perangkat yang relatif kecil dalam waktu dibawah 5 menit.
Beberapa kelebihan m-Learning
dibandingkan dengan pembelajaran lain adalah:
1.
Dapat digunakan dimana-pun pada
waktu kapan-pun,
2.
Kebanyakan divais bergerak memiliki
harga yang relatif lebih murah disbanding harga PC desktop,
3.
Ukuran perangkat yang kecil dan
ringan daripada PC desktop,
4.
Diperkirakan dapat mengikutsertakan
lebih banyak pembelajar karena m-Learning memanfaatkan teknologi yang biasa
digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam
pembelajaran e-Learning, independensi waktu dan tempat menjadi faktor penting
yang sering ditekankan. Namun, dalam e-Learning tradisional kebutuhan minimum
tetap sebuah PC yang memiliki konsekuensi bahwa independensi waktu dan tempat
tidak sepenuhnya terpenuhi. Independensi ini masih belum dapat dipenuhi dengan
penggunaan notebook (komputer portabel), karena independensi waktu dan tempat
yang sesungguhnya berarti seseorang dapat belajar dimana-pun kapan-pun dia
membutuhkan akses pada materi pembelajaran.
b.Kekurangan mobile learning.
Mobile learning
merupakan salah satu alternatif yang potensial untuk memperluas akses
pendidikan. Namun, belum banyak informasi mengenai pemanfaatan divais bergerak,
khususnya telepon seluler, sebagai media pembelajaran. Hal ini patut
disayangkan mengingat tingkat kepemilikan dan tingkat pemakaian yang sudah
cukup tinggi ini kurang dimanfaatkan untuk diarahkan bagi pendidikan.
Selain itu, saat ini masih sangat sedikit upaya pengembangan konten-konten
pembelajaran berbasis divais bergerak yang dapat diakses secara luas.
Kebanyakan konten yang beredar di pasaran masih didominasi konten hiburan yang
memiliki aspek pendidikan yang kurang serta kebanyakan adalah hasil produksi
dari luar negeri yang memiliki latar budaya yang berbeda dengan negera kita.
Kenyataan ini memunculkan kebutuhan akan adanya pengembangan-pengembangan
konten/aplikasi berbasis divais bergerak yang lebih banyak, beragam, murah dan
mudah diakses.
Faktor yang menjadi keterbatasan pemanfaatan m-learning banyak terkait dengan
keterbatasan pada divais. Saat ini kebanyakan divais bergerak memiliki
keterbatasan layar tampilan, kapasitas penyimpan dan keterbatasan daya.
m-learning juga memiliki lingkungan pembelajaran yang agak berbeda dengan
e-learning atau pembelajaran konvensional. Dalam m-learning pembelajar lebih
banyak memanfaatkan m-learning pada waktu luang (spare time) atau
waktu idle (idle time) sehingga waktu untuk mengakses belajar
juga terbatas.
Kekurangan m-Learning sendiri sebenarnya lambat laun akan dapat teratasi
khususnya dengan perkembangan teknologi yang semakin maju. Kecepatan prosesor
pada divais semakin lama semakin baik, sedangkan kapasitas memori, terutama
memori eksternal, saat ini semakin besar dan murah. Layar tampilan yang relatif
kecil akan dapat teratasi dengan adanya kemampuan device untuk
menampilkan tampilan keluaran ke TV maupun ke proyektor.
Kerangka
Pemikiran tentang Prestasi Belajar
Berdasarkan pendapat para ahli
tentang Pengertian Prestasi
Belajar, maka dapat disimpulkan bahwa Prestasi Belajar adalah hasil yang dicapai atau
ditunjukkan oleh peserta didik sebagai hasil belajarnya yang diperoleh melalui pengalaman
dan latihan. Hal ini biasanya berupa angka-angka, huruf, serta tindakan
yang dicapai masing-masing peserta didik dalam waktu tertentu.
Dari berbagai pengertian tentang
prestasi belajar di atas dapat diambil kesimpulan bahwa sebenarnya Prestasi Belajar peserta didik
tidak selamanya merupakan gambaran dari kemampuan yang sebenarnya. Dengan
demikian Prestasi Belajar di
sekolah tidak selalu di wujudkan dengan kecakapan-kecakapan, namun kecakapan
itu hanya merupakan sabagian dari unsur pertumbuhan, dan pembentukan dari suatu
prestasi belajar.
Suatu aktifitas dapat dikatakan atau
dikategorikan Prestasi atau Hasil Belajar apabila
memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
1. Adanya perubahan tingkah laku.
2. Perubahan terjadi dari hasil
latihan atau pengalaman.
3. Perubahan itu menyangkut beberapa
aspek, yaitu aspek Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik.
Kemampuan-kamampuan peserta didik
dalam proses belajar mengajar oleh Benyamin Bloom yang dikutip oleh Nana
Sudjana, 2009 mengklasifikasikan secara garis besar menjadi tiga ranah
sebagai berikut:
1. Ranah
Kognitif
Ranah
Kognitif berkenaan dengan sikap hasil belajar intelektual
yang terdiri dari enam aspek, yang meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi.
2. Ranah
Afektif
Ranah
Afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari
lima aspek, yaitu kepekaan dalam menerima rangsangan, jawaban atas reaksi,
penilaian,organisasi,dan internalisasi.
3. Ranah
Psikomotorik
Ranah
Psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak individu.
Ketiga ranah tersebut menjadi objek
penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang
paling banyak dinilai oleh para pendidik di sekolah karena berkaitan dengan
kemampuan peserta didik dalam menguasi isi bahan pengajaran.
2.3
Pengajuan Hipotesis
Uji Ketuntasan Tes Prestasi Belajar
Keefektifan media mobile learning diuji dengan menggunakan desain eksperimen
yaitu Post test Only Control Design. Dalam desain ini terdapat dua kelompok
yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Desain eksperimen ini digunakan
untuk membandingkan prestasi belajar mahasiswa antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol dengan harapan prestasi kelompok eksperimen lebih baik
dibanding kelompok kontrol.
Adapun hipotesis yang digunakan
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Sebelum dilakukan penelitian pada
kelas eksperimen dan kontrol maka perlu diuji terlebih dahulu uji normalitas
dan homogenitas. Untuk menghitung normalitas data awal dilakukan dengan
menggunakan uji Liliefors dengan taraf signifikan 5%. Adapun kriteria dalam uji
normalitas adalah sebagai berikut:
Ho : L0 < Ltabel maka populasi
berdistribusi normal
Ha : L0 > Ltabel maka populasi
tidak berdistribusi norm
Kelas
|
N
|
Lo
|
LTabel
|
Keputusan
|
Ekperimen (2A)
|
30
|
0,241
|
0,242
|
Berdistribusi Normal
|
Kontrol (2B)
|
30
|
0,202
|
0,220
|
Berdistribusi Normal
|
Ho = pengaruh menggunakan mobile
learning terhadap peningkatan prestasi belajar siswa tidak ada perbedaan dengan model pembelajaran
konvensional pada mata pelajaran IPS materi tentang interaksi sosial .
Ha = Pengaruh menggunakan mobile learning terhadap
peningkatan prestasi siswa lebih baik dibanding dengan model pembelajaran
konvensional pada mata pelajaran IPS materi tentang interaksi sosial
Untuk mengetahui pembelajaran mana
yang lebih baik maka digunakan pengujian uji t (pihak kanan) dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
Berdasarkan perhitungan dengan MS. Excel
diperoleh rata-rata kelas eksperimen yaitu = 69,83 dan rata-rata kelas kontrol
yaitu = 40,83 dengan n1 = 15, n2 = 12 dan s = 12,305 sehingga diperoleh t
hitung = 5,98.
Hasil t hitung dibandingkan dengan
t tabel. Dari daftar distribusi t dengan peluang 0,95 dan dk = 25 maka t
0,95(25) adalah 1,71. Dari perhitungan didapat thitung sebesar 5,98 dan ttabel
sebesar 1,71. Karena thitung > ttabel yaitu 5,98 > 1,71 maka Ho di tolak.
Berdasarkan perhitungan diatas karena Ho ditolak dapat disimpulkan hasil
belajar IPS tentang materi interaksi sosial menggunakan media mobile learning dengan
pendekatan metamatik realistik lebih baik dibanding dengan model pembelajaran
konvensional.
Hal ini membuktikan ada perbedaan
prestasi belajar karena guru menggunakan dua perlakuan yang berbeda antara
kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan nilai rata-rata kelas eksperimen
yaitu = 69,33 dan rata-rata kelas kontrol yaitu = 40,83.
Hal ini didukung oleh penelitian
Asabere dan Enguah (2012: 61) mengemukakan bahwa “ Pembelajaran menggunakan
handphone dan ahli sistem, jika diterapkan dapat meningkatkan bakat siswa,
untuk penyesuaian dalam melatih setiap siswa khususnya pada basis/ kecepatan
belajar mandiri yang memungkinkan siswa untuk mendapatkan pemahaman yang
mendalam tentang dasar-dasar, serta dapat mengikuti topik yang lebih maju dari
program CLT 101 atau bidang yang lebih khusus” dan penelitian Kaloo dan Mohan
(2012: 17) mengemukakan bahwa “Pembelajaran aljabar menggunakan handphone
menunjukkan hasil yaitu murid dari kelas pertama dan kelas kedua menunjukkan
peningkatan pencapaian, sedangkan kelas ketiga dimana tidak menggunakan
handphone tidak ada perbedaan hasil belajar”
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
METODE Jenis penelitian yang
digunakan pada penelitian ini adalah penelitian pengembangan berdasarkan metode
Research and Development (R&D). Metode Research and Development (R&D)
adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan
menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2015:297). Langkah-langkah dalam
Research and Development (R&D) menurut Sugiyono (2015:298) terdiri dari 10
langkah, yaitu:
(1) potensi dan masalah, (2)
pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain,
(6) uji coba produk, (7) revisi desain, (8) uji coba pemakaian, (9) revisi
produk, dan (10) produksi massal.
Pada penelitian ini hanya dibatasi
sampai tahap ke-6 yaitu tahap uji coba produk dan dilanjutkan dengan tahap
analisis dan pelaporan karena hasil penelitian tidak diproduksi secara massal
dan diuji terbatas Penelitian dapat berangkat dari adanya potensi atau masalah.
Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai
tambah. Sedangkan masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan
yang terjadi (Sugiyono, 2015:298-299). Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara, proses pembelajaran masih menggunakan media berupa power point dan
metode ceramah serta modul pembelajaran atau buku penunjang siswa belum
memadai. Hal tersebut membuat minat siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
kurang antusias dan kurang memperhatikan sehingga materi yang disampaikan tidak
dapat diterima secara maksimal oleh siswa.
3.2
Lokasi dan waktu penelitian
Lokasi penelitian merupakan suatu
tempat atau wilayah dimana penelitian tersebut akan dilakukan. Adapun
penelitian yang dilakukan di SMP plus Al – Istiqomah Samarang Kec. Samarang
Kab. Garut . Waktu yang digunakan dalam penelitian ini selama bulan Maret 2018
di mulai pada saat pengambilan data pertama mengenai sejarah dan gambaran umum tentang
lingkungan di sekolah SMP plus Al - Istiqomah sampai selesai untuk pengambilan
sampel atau populasi.
3.3
Populasi dan Sempel penelitian
Teknik Pengambilan Sampel Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Di SMP Plus Al Istiqomah Samarang .
Asumsi dalam penelitian ini bahwa jumlah populasi tidak terbatas. Menurut
Likert sampel diambil paling sedikit 30, 50, 75, 100 atau kelipatannya
(Riduwan, 2008: 45). Maka dalam penelitian ini sampel yang diambil sebanyak 150
sampel dengan pertimbangan bahwa jumlah tersebut sudah melebihi jumlah sampel
minimal dalam penelitian (n = 30).
Teknik pengambilan sampel
menggunakan metode Accidental Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang
dapat dilakukan sewaktu – waktu sampai jumlah sampel (quota) yang diinginkan
terpenuhi. Siapa saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti dan
sesuai dengan karakteristik, maka orang tersebut dapat digunakan sebagai
sampel.
3.4
Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan data melalui penelitian
kepustakaan dan penelitian lapangan.
1. Penelitian Kepustakaan
Penelitian ini dilakukan dengan menelaah bahan-bahan pustaka seperti buku-buku
yang memuat teori-teori, karya ilmiah dan bahan lain yang relevan dengan
penelitian.
2. Penelitian Lapangan Penelitian
ini dilakukan secara langsung di objek penelitian. Metode digunakan ada 2 jenis
yaitu observasi dan kuesioner.
a. Observasi yaitu melakukan
pengamatan langsung terhadap kondisi yang sebenarnya di lokasi penelitian.
b. Kuesioner yaitu dengan
membagikan daftar pertanyaan kepada konsumen yang menjadi reponden secara
langsung untuk kemudian dijawab sesuai dengan kedaan sebenarnya sehingga
diperoleh informasi dengan realitas dan validitas setinggi mungkin.
Setiap jawaban dihubungkan dengan
bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata sebagai
berikut (Riduwan, 2008: 86):
Pernyataan Positif Pernyataan
Negatif
Sangat setuju (SS) = 5 Sangat setuju
(SS) = 1
Setuju (S) = 4 Setuju
(S) = 2
Netral (N) = 3 Netral
(N) = 3
Tidak Setuju (TS) = 2 Tidak Setuju
(TS) = 4
Sangat Tidak Setuju (STS) = 1 Sangat Tidak Setuju (STS)
= 5
3.5
Alat Analisis Data
a. Uji Validitas dan Reabilitas
Pada setiap pengukuran selalu
diharapkan diperoleh hasil ukur yang akurat dan objektif. Salah satu upaya
untuk mencapainya adalah alat 61 ukur yang digunakan harus valid atau sahih dan
reliabel atau andal (Simamora, Bilson : 2002: 58). Uji validitas digunakan
untuk mendapatkan validitas yang tinggi dari instrumen penelitian sehingga bisa
memenuhi persyaratan. Sedangkan uji reliabilitas dilakukan guna memperoleh
gambaran yang tetap mengenai apa yang diukur. Uji validitas dan reabilitas ini
dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson Product Moment yang diperoleh
melalui analisa data dengan menggunakan SPSS version 19.0 for windows.
Item yang memiliki daya beda cukup
tinggi akan dihitung reliabilitasnya dengan menggunakan reliabilitas koefisien
alpha yang diperoleh melalui analisis data dengan menggunakan SPSS version 19.0
for windows. Item-item dalam skala yang memiliki validitas yang baik dan
reliabel akan digunakan untuk mengukur.
b. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis Regresi linear berganda
yaitu analisis yang digunakan untuk menghitung pengaruh variabel independen
(X1, X2, X3, dan X4) terhadap variabel dependen (Y) apabila terjadi perubahan
pada satu satuan dari variabel independen (X1, X2, X3, dan X4).
Rumus yang digunakan adalah:
Y = a + b1 . X1 + b2 . X2 + b3 . X3
+ b4 . X4
Dimana:
Y = Perilaku pembelian
X1 = Advertising
X2 = Personal Selling
X3 = Sales promotion
X4 = Publicity
a = Koefisien regresi konstan
c. Analisis korelasi
Yaitu untuk mengetahui keeratan
hubungan antara kedua variabel yang dianalisis, dimana hubungan dinyatakan oleh
besarnya angka koefisien korelasi dan arah dinyatakan oleh tanda positif atau
negative. Apabila r = + 1 atau mendekati + 1, maka korelasi antara dua variabel
dikatakan positif, sangat kuat dan bersifat searah, artinya kenaikan atau
penurunan nilai X terjadi bersama dengan kenaikan atau penurunan nilai Y.
- Apabila r = 0 atau mendekati,
maka hubungan antara dua variabel (X dan Y) sangat lemah atau tidak terdapat
hubungan sama sekali.
- Apabila r = - 1 atau mendekai -
1, maka korelasi dikatakan negatif, dan bersifat tidak searah bahwa kenaikan
nilai X terjadi bersamasama penurunan nilai Y demikian pula sebaliknya.
d. Koefisien determinasi (r2 ),
digunakan untuk melihat besarnya pengaruh variable X terhadap Y.
Uji-t digunakan untuk menguji
hubungan masing-masing variabel bebas (X1 dan X2) terhadap variabel terikat
(Y), dengan formulasi sebagai berikut : Dengan tingkat kepercayaan 95% (α =
0.05), dengan ketentuan sbb:
Dengan tingkat kepercayaan 95% (α =
0.05), dengan ketentuan sbb:
- Jika thitung > ttabel, maka
variabel independent (X1 dan X2) mempunyai keeratan hubungan yang signifikan
terhadap variabel dependent (Y).
- Jika thitung < ttabel, maka
variabel independent (X1 dan X2) tidak mempunyai keeratan hubungan yang
signifikan dengan variabel dependent (Y).
f. Uji Simultan (Uji-F)
Uji-F digunakan untuk mengetahui
hubungan/pengaruh secara bersamasama variabel independent (X1 dan X2) terhadap
variabel dependent (Y), dengan formulasi sebagai berikut :
Dengan ketentuan sebagai berikut :
H0 = tidak ada pengaruh antara
variabel-variabel yang berhubungan dengan variabel independen
H1 = minimal ada satu variabel
dependen yang pengaruh dengan variabel independen
α = 5%
a) Jika Fhitung < Ftabel, maka
variabel independent (X1 dan X2) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependent (Y), H0 di terima.
b) Jika Fhitung > Ftabel, maka
variabel independent (X1 dan X2) berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependent (Y), H0 di tolak.
3.6
Hasil Observasi di lapangan
Berdasarkan hasil observasi dengan
guru IPS kelas VII, VIII, IX di SMP Plus Al Istiqomah samarang Kec. Samarang
Kab. Garut peranan media pembelajaran sangat membantu khususnya dalam
menyampaikan materi-materi pada mata pelajaran IPS yang bersifat abstrak. Media pembelajaran yang
digunakan pun sudah sangat beragam mulai dari slide power point dengan bantuan
laptop/komputer dan LCD, animasi menggunakan macromedia flash hingga ke project
media pembelajaran yang dikembangkan oleh siswa sendiri sebagai tugas kelompok.
Ketika siswa merasa tertarik dengan media yang digunakan maka siswa ingin
mencoba membuat sendiri media tersebut. Hal ini tentu memberikan respon positif
karena selain siswa dapat memahami konsep yang disampaikan dalam media, siswa
juga akan belajar mengenai teknologi yang mendukung media tersebut.Setiap siswa
unik dalam belajar IPS oleh karena itu guru pun harus ikut unik agar bisa
diterima oleh mereka.
Sejalan dengan pendapat kedua guru
tersebut dan berdasarkan kenyataan seperti tersedianya kemudahan akses internet
untuk penerapan e-learning dan perkembangan teknologi perangkat handphone
menjadi pertimbangan dari penelitian ini untuk mengembangkan media pembelajaran
mobile learning sebagai daya dukung pembelajaran IPS. Hasil penelitian ini
diharapkan memberikan warna baru dalam media pembelajaran 150 yang unik bagi
siswa karena siswa dapat mengakses materi pembelajaran kapanpun dan dimanapun
Hasil penelitian pengembangan yang
dilakukan adalah aplikasi mobile learning pembelajaran IPS untuk materi Interaksi
Sosial. Pengembangan produk ini dapat diakses dengan memanfaatkan layanan
internet pada handphone. Berdasarkan penilaian ahli media memiliki kualitas
baik (B) dengan presentase 90,62% dari skor ideal. Penilaian ahli materi 80,55%
dari skor ideal sedangkan penilaian dari guru IPS bahwa mobile learning
pembelajaran IPS untuk materi Interaksi Sosial yang telah dikembangkan memiliki
kualitas baik (B) dengan presentase 90,25% dari skor ideal; 3) Berdasarkan uji
coba lapangan skala kecil diperoleh respon siswa setuju (S) dengan presentase
83,67%, sedangkan uji coba lapangan skala besar 91,08% dari skor ideal.
BAB
IV
ANALISIS
PEMBAHASAN
4.1
Penerapan Mobile Learning Terhadap peningkatan prestasi belajar siswa
Implementation (Penerapan) Mobile
Learning terhadap peningkatan prestasi belajar siswa
Produk mobile learning diujicobakan
pada selurus siswa SMP Plus Al – Istiqomah Kec. Samarang Kab. Garut Pada Mata
Pelajaran IPS Tentang Interaksi Sosial. Uji coba ini dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui kekurangan dan kelemahan dari produk mobile learning, serta
menguji keefektifannya bila digunakan oleh peserta didik yang dituju. Proses
pembelajaran untuk pengujian produk
mobile learning diawali dengan guru memberikan pengantar materi dengan pokok
bahasan writing a simple invitation kepada siswa. Setelah dirasa cukup
memberikan apersepsi awal, guru kemudian menjelaskan tentang produk mobile
learning dan cara penggunaanya. Proses belajar dilanjutkan dengan pembelajaran
mandiri, siswa diberikan kebebasan untuk memilih materi yang sudah tersedia di
dalam mobile learning, guru juga memberikan arahan apabila masih ada materi
yang kurang dipahami. Penggunaan mobile learning mengajarkan siswa menjadi
lebih aktif serta mengurangi kejenuhan dalam menerima pembelajaran Bahasa
Inggris khususnya pokok bahasan writing a simple invitation.
4.2
Kajian teoretis
Mobile learning
didefinisikan oleh Clark Quinn [Quinn 2000] sebagai : mobile learning merupakan
model pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Konsep
pembelajaran tersebut mobile learning membawa manfaat ketersediaan materi ajar
yang dapat di akses setiap saat dan visualisasi materi yang menarik. Hal
penting yang perlu di perhatikan bahwa tidak setiap materi pengajaran cocok
memanfaatkan mobile learning. Istilah mobile learning (m-learning) mengacu
kepada penggunaan perangkat/divais teknologi informasi (TI) genggam dan
bergerak, seperti PDA, telepon genggam, Laptop dan tablet PC, dalam pengajaran
dan pembelajaran. Mobile learning (m-Learning) merupakan bagian dari electronic
learning (e-Learning) sehingga, dengan sendirinya, juga merupakan bagian dari
distance learning (d-Learning)
Konsep M Learning
Dalam beberapa tahun
terakhir penggunaan produk mobile yang berbeda seperti ponsel dan smartphone
telah meningkat pesat . Selain itu , banyak perhatian telah dibayarkan kepada
komputasi mobile dalam industri Teknologi Informasi. M-learning sering dianggap
sebagai bentuk e-learning, namun Georgiev, Georgieva, dan Smrikarov ( 2004 )
percaya akan didefinisikan lebih tepat sebagai bagian atau sub – tingkat, dari
e-learning. Mereka percaya m -learning merupakan tahap baru dalam kemajuan
e-learning dan bahwa ia berada dalam batas-batasnya. M -learning tidak hanya
nirkabel atau Internet berbasis e-learning tetapi harus mencakup kapan saja /
setiap konsep tempat tanpa koneksi permanen ke jaringan fisik ( Jones & Jo
, 2004) . Dengam adanya perangkat mobile memberikan beberapa manfaat bagi
lingkungan m-learning seperti membiarkan siswa dan instruktur untuk
memanfaatkan waktu luang mereka saat bepergian di kereta api atau bus untuk
menyelesaikan pekerjaan rumah mereka atau persiapan pelajaran . Selain itu,
m-learning memiliki potensi untuk mengubah cara siswa berperilaku dan
berinteraksi satu sama lain ( Luvai , 2005 ) .
Kajian
Teori Tentang Prestasi Belajar
Pengertian prestasi belajar
Prestasi belajar adalah sebuah
kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni prestasi dan belajar. Untuk memahami
lebih jauh tentang pengertian prestasi belajar, peneliti menjabarkan makna dari
kedua kata tersebut.
Menurut Kamus Umum Bahasa
Indonesia, pengertian prestasi adalah hasil yang telah dicapai(dari yang telah
diakukan, dikerjakan, dan sebagainya) (1991: 787). Sedangkan menurut Saiful
Bahri Djamarah (1994: 20-21) dalam bukunya Prestasi Belajar dan Kompetensi
Guru, bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan,
hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Dalam
buku yang sama Nasrun harahap, berpendapat bahwa prestasi adalah penilaian
pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa berkenaan dengan penguasaan
bahan pelajaran yang disajikan kepada siswa.
Dari pengertian di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan seseorang
atau kelompok yang telah dikerjakan, diciptakan dan menyenangkan hati yang
diperoleh dengan jalan bekerja.
Selanjutnya untuk memahami
pengertian tentang belajar berikut dikemukakan beberapa pengertian belajar
diantaranya menurut Slameto (2003: 2) dalam bukunya Belajar dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya bahwa belajar ialah suatu usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Muhibbin Syah (2000: 136) bahwa belajar adalah tahapan perubahan seluruh
tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Begitu juga
menurut James Whitaker yang dikutip oleh Wasty Soemanto (1990: 98-99), belajar
adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubhah melalui latihan dan
pengalaman.
Berdasarkan beberapa pendapat di
atas bahwa belajar merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan rutin
pada seseorang sehingga akan mengalami perubahan secara individu baik
pengetahuan, keterampilan, sikap dan tingkah laku yang dihasilkan dari proses
latihan dan pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.
Menurut Winkel melalui Sunarto
(1996: 162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan
belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai
dengan bobot yang dicapainya”.
4.3
Masalah yang di temukan di lapangan
Dari
masalah yang di temukan di lapangan
- Siswa kesulitan memahami materi tentang interaksi sosial pada mata pelajaran IPS
- Siswa ingin memahami mata pelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran yang menyenangkan ?
- Siswa ingin meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS
Dari uraian permasalahan di atas
maka kami rumuskan dalam Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Dasar Pembelajaran dalam Mobile Learning ?
2. Bagaimana Fungsi dan Manfaat dari
pengunaan mobile Learning ?
3. Bagaimana
Pengaruh Mobile learning terhadap peningkatan prestasi belajar siswa ?
4.4 Alternatif pemecahan masalah
Tahap
persiapan
Langkah-langkah
yang dilakukan pada tahap persiapan, antara lain: (1) Koordinasi dan Perijinan
untuk mengetahui diperbolehkan atau tidak mengadakan penelitian di sekolah
tersebut; (2) Surat menyurat; (3) Melakukan observasi awal untuk
mengidentifikasi masalah dengan teknik wawancara kepada guru mata pelajaran IPS
kelas VII, VIII, IX mengenai kondisi, situasi, dan prestasi belajar IPS kelas
VII, VIII, IX Di SMP Plus Al Istiqomah Samarang Kec. Samarang Kab. Garut ; (4)
Penyusunan perangkat pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dan LKS pemanfaatan MMLA; (5) Penyusunan intrumen penelitian yaitu tes hasil
belajar, lembar observasi aktifitas siswa dan angket respon; (6) Validasi
perangkat pembelajaran; (7) Uji coba tes hasil belajar (post-test); (8)
Menghitung koefisien validasi dan reliabilitas tes hasil belajar; (9) Merevisi
perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian berdasarkan hasil validasi dan
uji coba; (10) Menentukan waktu penelitian dengan berkonsultasi dengan guru IPS
yang mengajar dikelas VII, VIII, IX Di SMP Plus Al Istiqomah Samarang Kab.
Garut.
Tahap
pelaksanaan
Langkah-langkah
yang dilakukan pada tahap pelaksanaan yaitu: (1) Pemilihan subjek penelitian
yaitu seluruh siswa SMP Plus Al Istiqomah Samarang Kec. Samarang Kab. Garut tahun ajaran 2017 / 2018 ; (2) Memberikan
perlakuan berupa pembelajaran memanfaatkan Penggunaan Mobile learning pada mata
pelajaran IPS materi tentang interaksi sosial ; (3) Pengisian lembar observasi
aktivitas siswa oleh pengamat; (4) Memberikan tes hasil belajar (post-test)
kepada subjek penelitian; (5) Memberikan angket respon siswa setelah diberi
perlakuan.
Tahap
akhir
(1).
Menganalisistes hasil belajar (post-test) siswa. (2). Menganalisis lembar
observasi aktivitas siswa. (3). Menganalisis angket respon siswa. (4).
Menganalisis lembar observasi keterlaksanaan sintaks pembelajaran. (5). Membuat
kesimpulan.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kemampuan
intelektual sangat mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang yang terlihat
dari prestasi belajar yang didapat. Untuk mengetahui prestasi tersebut perlu
diadakan evaluasi dengan tujuan mengetahui kemampuan seseorang setelah
mengikuti proses pembelajaran. Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari
kegiatanbelajar karena prestasi belajar adalah hasil dari kegiatan belajar
yangmerupakan proses pembelajaran.
prestasi
belajar merupakan tingkat keberhasilan dalam proses pembelajaran setelah
melalui tahap tes yang dinyatakan dalam bentuk nilai berupa angka. Prestasi
belajar dapat diketahui setelah melakukan evaluasi dan evaluasi dapat
memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar.
Faktor yang
Mempengaruhi Prestasi Belajar yaitu Faktor Internal (faktor dari
dalam siswa) dan factor eksternal (factor dari luar diri siswa) dan
factor pendekatan belajar.
Untuk
mengetahui seberapa jauh prestasi belajar telah dicapai peserta didik, maka
diadakan kegiatan evaluasi pembelajaran.Evaluasi pembelajaran merupakan
kegiatan yang dilakukan secara sistematis dengan mengumpulkan bukti-bukti untuk
menentukan keberhasilan belajar. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil
belajar siswa adalah garis-garis besar indikator dikaitkan dengan jenis
prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur
5.2 Saran
dengan
diiringi harapan kami menghimbau serta menyarankan kepada seluruh rekan guru –
guru yang mengajar mata pelajaran IPS di tingkat SMP , agar setelah kita
memahami dan mengerti mengenai seluruh materi yang akan di sampaikan kepada
siswa, untuk meningkatkan prestasi belajar kita dapat menerapkannya langsung di
dunia pendidikan.Baik untuk calon peserta didik kita nanti, dan untuk diri kita
sendiri. Sehingga apa yang telah kita sampaikan melalui pembahasan ini dapat
menjadi ilmu yang bermanfaat dunia dan akhirat
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Quinn, C. 2000. M-learning, Mobile Wireless in
Your Pocket Learning. Dikutif dari: http://www.linezine.com/2.1/feature/cqmmwiyp.html.
(Diakses pada Tanggal 25 Mei 2018, pada pukul 13.00 WIB)
2.
Wijaya dan Wisnu. Mobile Learning Sebagai Model
Pembelajaran Alternatif Bagi Pemulihan Pendidikan Di Daerah Bencana Alam Gempa
Bumi Yogyakarta. Universitas Sanata Dharma.
3.
Mohamed, A. 2009. Mobile Learning Transforming
the Delivery of Education and Training. Atabasca University: AU Press.
4.
Rizal. 2012. Pembelajaran berbasis mobil online.
Dikutif dari : http://www.bjgp-rizal.com/2012/05/pembelajaran-berbasis-mobile-online.html. (Diakses pada Tanggal 25 Mei 2018, pada pukul
13.00 WIB)
Sumadi
Suryabrata. (1998). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Siti
Pratini. (2005). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Studing
Budiono.
(2005). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Agung.
Nana
Sudjana.(2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosadakarya
Bukhari
M. (1983). Teknik-Teknik Evaluasi Dalam Pendidikan. Bandung: Jemmars
Winkel
WS. (1989). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia
Komentar
Posting Komentar