Pembelajaran M-Learning


BAB I
PENDAHULUAN

Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di institusi pendidikan, saat ini sudah menjadi keharusan, karena penerapan TIK dapat menjadi salah satu indikator keberhasilan suatu institusi pendidikan, karena di jaman yang sudah modern ini banyak pembelajaran yang tak hanya di lakukan melalui sistem tatap muka atau formal saja. Banyak guru/dosen yang memanfaatkan kemajuan teknologi dengan mengunakan internet sebagai pembelajaran online atau biasa kita dengar dengan online learning. Tren baru dalam dunia eLearning saat ini adalah dikenal adanya dengan istilah Mobile Learning, penggunaan media portable seperti Smartphone, IPhone, PCTablet untuk mengakses sistem pembelajaran online sedang ramai dibicarakan dan digunakan di negara maju seperti Amerika Serikat. Penggunaan Mobile Learning sebagai penunjang proses belajar mengajar ini dirasa bisa menambah fleksibilitas dalam kegiatan belajar mengajar.
Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan bellajar mereka. Belajar adalah istilah kunci (key term)yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses,  belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pendidikan.
Belajar juga memainkan peranan penting dalam mempertahankan sekelompok umat manusia(bangsa) ditengah-tengah persaingan yang ketat diantara bangsa-bangsa lainnya yang terlebih dahulu maju karena belajar. Arti belajar itu sendiri yaitu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Setiap siswa memang tidak ada yang sama, perbedaan individual inilah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan siswa, sehingga menyebabkan perbedaan prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan  hasil dari suatu proses yang didalamnya terdapat sejumlah factor yang mempengaruhi, tinggi rendahnya prestasi belajar siswa tergantung pada factor-faktor tersebut.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.  Pengertian M-Learning
Menurut  Clark Quinn [Quinn 2000] mobile learning merupakan model pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Pada konsep pembelajaran tersebut mobile learning membawa manfaat ketersediaan materi ajar yang dapat di akses setiap saat dan visualisasi materi yang menarik. Hal penting yang perlu di perhatikan bahwa tidak setiap materi pengajaran cocok memanfaatkan mobile learning.
Istilah mobile learning (m-Learning) mengacu kepada penggunaan perangkat/divais teknologi informasi (TI) genggam dan bergerak, seperti PDA, telepon genggam, Laptop dan tablet PC, dalam pengajaran dan pembelajaran. Mobile Learning (m-Learning)merupakan bagian dari electronic learning (e-Learning) sehingga, dengan sendirinya, juga merupakan bagian dari distance learning (d-Learning).
Beberapa kemampuan penting yang harus disediakan oleh perangkat pembelajaran m-Learning adalah adanya kemampuan untuk terkoneksi ke peralatan lain (terutama komputer), kemampuan menyajikan informasi pembelajaran dan kemampuan untuk merealisasikan komunikasi bilateral antara pengajar dan pembelajar. M-Learning adalah pembelajaran yang unik karena pembelajar dapat mengakses materi pembelajaran, arahan dan aplikasi yang berkaitan dengan pembelajaran, kapan-pun dan dimana-pun. Hal ini akan meningkatkan perhatian pada materi pembelajaran, membuat pembelajaran menjadi pervasif, dan dapat mendorong motivasi pembelajar kepada pembelajaran sepanjang hayat (lifelong learning). Selain itu, dibandingkan pembelajaran konvensional, m-Learning memungkinkan adanya lebih banyak kesempatan untuk kolaborasi secara ad hoc dan berinteraksi secara informal diantara pembelajar.
Mobile learning merupakan paradigma baru dalam dunia pembelajaran. Model pembelajaran ini muncul untuk merespon perkembangan dunia teknologi informasi dan komunikasi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi bergerak, yang sangat pesat belakangan ini. Selain itu tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini, divais komunikasi bergerak adalah salah satu perangkat yang lekat dengan kehidupan sehari-hari aktor pembelajaran seperti pengajar dan siswa. Aplikasi mobile lerning saat ini masih berada dalam tahap pengembangan dan dikaji oleh para pakar.
Stevanus Wisnu Wijaya (2006) menjelaskan bahwa materi ajar yang tidak cocok mengadopsi konsep mobile learning antara lain: materi yang bersifat hands on, keterampilan sebagaimana dokter gigi, seni musik khususnya mencipta lagu, interview skills, team work seperti marketing maupun materi yang membutuhkan pengungkapan ekspresi seperti tarian. Mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas maka penerapan mobile learning lebih baik pada jenjang pendidikan tinggi.
Mobile  learning atau m-learning sering  didefinisikan  sebagai e-learning melalui perangkat komputasi mobile (Andy, 2007: 6). Ally (2004) mendefinisikan mobile learning merupakan penyampaian bahan pembelajaran elektronik pada alat komputasi mobile agar dapat diakses darimana saja dan kapan saja. Pada umumnya, perangkat mobile berupa telepon seluler digital dan PDA. Namun, secara lebih umum dapat didefinisikan sebagai perangkat apapun yang berukuran cukup kecil, dapat bekerja sendiri, dapat dibawa setiap waktu dalam kehidupan sehari-hari, dan yang dapat digunakan untuk beberapa bentuk pembelajaran. Perangkat kecil ini dapat dilihat sebagai alat untuk mengakses konten, baik disimpan secara local pada device maupun dapat dijangkau melalui interkoneksi. Perangkat ini juga dapat menjadi alat untuk berinteraksi dengan orang lain, baik melalui suara, maupun saling bertukar pesan tertulis, gambar diam dan gambar bergerak.
Prestasi Belajar atau Hasil Belajar (Achievement) yang  merupakan realisasi atau perkara dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang di miliki seseorang. Berikut merupakan beberapa definisi tantang prestasi belajar menurut beberapa ahli, yaitu: 
1.     Sumadi Suryabrata, Prestasi Belajar adalah nilai sebagai rumusan yang diberikan guru bidang studi mengenai kemajuan atau prestasi belajar selama masa tertentu. (Sumadi Suryabrata, 1998)
2.     Siti Pratini, Prestasi Belajar adalah suatu hasil yang dicapai  seseorang dalam melakukan kegiatan belajar. (Siti Pratini, 2005)
3.     Kamus Bahasa Indonesia yang dinamakan  Prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan, dikerjakan dan sebagainya.
4.     Bukhari M.Ed, Prestasi dapat kita artikan sebagai hasil yang telah dicapai atau hasil yang sebenarnya dicapai. (Bukhari M, 1983)
5.     WS. Winkel,  Prestasi  belajar  merupakan  hasil belajar  yang  ditampakkan  oleh  siswa berdasarkan  kemampuan  internal yang diperoleh sesuai dengan tujuan instruksional.  (Winkel WS, 1989)

2.2 Kerangka Pemikiran dan Argumentasi keilmuan
Kerangka Pemikiran tentang mobile learning
Fungsi dan Manfaat Mobile Learning
Terdapat tiga fungsi Mobile Learning dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas (classroom instruction), yaitu sebagai suplement (tambahan) yang sifatnya pilihan (opsional), pelengkap (komplemen), atau pengganti (substitusi).
·         Suplemen (tambahan)
Mobile Learning berfungsi sebagai suplement (tambahan), yaitu: peserta didik mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi Mobile Learning atau tidak. Dalam hal ini, tidak ada kewajiban/keharusan bagi peserta didik untuk mengakses materi Mobile Learning. Sekalipun sifatnya opsional, peserta didik yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan.
·         Komplemen (pelengkap)
Mobile Learning berfungsi sebagai komplemen (pelengkap), yaitu: materinya diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima peserta didik di dalam kelas. Di sini berarti materi Mobile Learning diprogramkan untuk menjadi materi reinforcement (penguatan) atau remedial bagi peserta didik di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional.
·         Substitusi (pengganti)
Beberapa perguruan tinggi di negara-negara maju memberikan beberapa alternatif model kegiatan pembelajaran kepada para peserta didik /siswanya. Tujuannya agar para peserta didik dapat secara fleksibel mengelola kegiatan perkuliahannya sesuai dengan waktu dan aktifitas sehari-hari peserta didik. Ada tiga alternative model kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih peserta didik, yaitu: 1) sepenuhnya secara tatap muka (konvensional); 2) sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet, atau 3) sepenuhnya melalui internet.
Mobile Learning mempermudah interaksi antara peserta didik dengan materi pelajaran. Demikian juga interaksi antara peserta didik dengan pendidik/instruktur maupun antara sesama peserta didik dapat saling berbagi informasi atau pendapat mengenai berbagi hal yang menyangkut pelajaran ataupun kebutuhan pengembangan diri peserta didik. Pendidik/instruktur dapat menempatkan bahan-bahan belajar dan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik di tempat tertentu di dalam websites untuk diakses oleh para peserta didik. Sesuai dengan kebutuhan, pendidik/instruktur dapat pula memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengakses bahan belajar tertentu maupun soal-soal ujian yang hanya dapat diakses oleh peserta didik sekali saja dan dalam rentangan waktu tertentu pula.
Berikut ini ada beberapa manfaat mengenai Mobile Learning dari dua sudut, yaitu dari sudut peserta didik dan pendidik:
a. Peserta Didik
Dengan kegiatan Mobile Learning dimungkinkan berkembangnya fleksibilitas belajar yang tinggi. Artinya, peserta didik dapat mengaskses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang. Peserta didik juga dapat berkomunikasi dengan pendidik setiap saat. Dengan kondisi yang demikian ini, peserta didik dapat lebih memantapkan penguasaannya terhadap materi pembelajaran.
Manakala fasilitas infrastruktur tidak hanya tersedia di daerah perkotaan tetapi telah menjangkau daerah kecamatan dan pedesaaan, maka kegiatan Mobile Learning akan memberikan manfaat kepada peserta didik yang :
1) belajar di sekolah-sekolah kecil di daerah miskin untuk mengikuti mata pelajaran tertentu yang tidak dapat diberikan oleh sekolahnya;

2) mengikuti program pendidik dirumah (home schoolers) untuk mempelajari materi pembelajaran yang tidak dapat diajarkan oleh para orang tuanya, seperti bahasa asing dan keterampilan di bidang komputer;

3) merasa phobia dengan sekolah, atau peserta didik yang dirawat di rumah sakit maupun di rumah, yang putus sekolah tetapi berminat melanjutkan pendidikannya, maupun peserta didik yang berada di berbagai daerah atau bahkan yang berada di luar negeri; dan

4) tidak tertampung di sekolah konvensional untuk mendapatkan pendidikan.

b. Pendidik
Dengan adanya kegiatan Mobile Learning, beberapa manfaat yang diperoleh pendidik/instruktur antara lain adalah bahwa mereka dapat:
1) lebih mudah melakukan pemutakhiran bahan-bahan belajar yang menjadi tanggung jwabnya sesuai dengan  tuntutan perkembangan keilmuan yang terjadi;

2) mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna peningkata wawasannya karena waktu luang yang dimiliki relatif banyak;

3) mengontrol kegiatan belajar peserta didik, bahkan pendidik/instruktur juga dapat mengetahui kapan peserta didiknya belajar, topik apa yang dipelajari, berapa lama sesuatu topik dipelajri, serta berapa kali topik tertentu dipelajari ulang;

4) mengecek apakah peserta didik telah mengerjakan soal-soal latihan setelah mempelajari topik tertentu;

5) memeriksa jawaban peserta didik dan memberitahukan hasilnya kepda peserta didik.
Mobile Learning dapat dimanfaatkan dan dikembangkan dalam membentuk budaya belajar baru yang lebih modern, demokratis dan mendidik. Budaya belajar adalah bagian kecil dari budaya masyarakat.

Budaya masyarakat diartikan sebagai keterpaduan keseluruhan objek, ide, pengetahuan, lembaga, cara mengerjakan sesuatu, kebiasaan, pola perilaku, nilai, dan sikap tiap generasi dalam suatu masyarakat yang diterima suatu generasi dari generasi pendahulunya dan diteruskan acapkali dalam bentuk yang sudah berubah kepada generasi penerusnya (Kartasasmita, 2003).





Keunggulan dan kekurangan mobile learning.
     Mobile leraning memiliki kenggulan dan kekurangan, diantaranya :
    
      a.Kenggulan mobile leraning.
   Perkembangan teknologi telah menciptakan pengembangan berbagai terobosan dalam pembelajaran. Di tengah perkembangann ini learner (pembelajar) bersinggungan dengan perangkat-perangkat teknologi komunikasi bergerak dan teknologi internet telah menjadi gelombang kecenderungan baru yang memungkinkan pembelajaran secara mobile atau lebih dikenal sebagai mobile learning (m-learning) memanfaatkan divais bergerak, khususnya telepon genggam. Kombinasi teknologi telekomunikasi dan internet memungkinkan pengembangan sistem mobile learning atau m-learning yang pada sisi klien memanfaatkan divais begerak, berinteraksi dengan sisi server, yaitu web server.
       Meskipun saat ini m-learning masih berada pada tahap awal pengembangan serta relatif belum begitu mapan, namun, m-learning diperkirakan akan menjadi cukup pesat dalam jangka waktu dekat. Hal ini didukung oleh beberapa faktor :
1.                  Sarana makin banyak, murah dan canggih.
2.                  Perkembangan tekhnologi wireless / seluler ( 2G, 2.5G, 3G, 3.5G ).
3.                  Tuntutan kebutuhan.
      Sebuah penelitian juga menunjukan bahwa pembelajar cukup nyaman menatap tampilan layar perangkat yang relatif kecil dalam waktu dibawah 5 menit.
Beberapa kelebihan m-Learning dibandingkan dengan pembelajaran lain adalah:
1.                  Dapat digunakan dimana-pun pada waktu kapan-pun,
2.                  Kebanyakan divais bergerak memiliki harga yang relatif lebih murah disbanding harga PC desktop,
3.                  Ukuran perangkat yang kecil dan ringan daripada PC desktop,
4.                  Diperkirakan dapat mengikutsertakan lebih banyak pembelajar karena m-Learning memanfaatkan teknologi yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
     Dalam pembelajaran e-Learning, independensi waktu dan tempat menjadi faktor penting yang sering ditekankan. Namun, dalam e-Learning tradisional kebutuhan minimum tetap sebuah PC yang memiliki konsekuensi bahwa independensi waktu dan tempat tidak sepenuhnya terpenuhi. Independensi ini masih belum dapat dipenuhi dengan penggunaan notebook (komputer portabel), karena independensi waktu dan tempat yang sesungguhnya berarti seseorang dapat belajar dimana-pun kapan-pun dia membutuhkan akses pada materi pembelajaran.

b.Kekurangan mobile learning.
     Mobile learning merupakan salah satu alternatif yang potensial untuk memperluas akses pendidikan. Namun, belum banyak informasi mengenai pemanfaatan divais bergerak, khususnya telepon seluler, sebagai media pembelajaran. Hal ini patut disayangkan mengingat tingkat kepemilikan dan tingkat pemakaian yang sudah cukup tinggi ini kurang dimanfaatkan untuk diarahkan bagi pendidikan.
         Selain itu, saat ini masih sangat sedikit upaya pengembangan konten-konten pembelajaran berbasis divais bergerak yang dapat diakses secara luas. Kebanyakan konten yang beredar di pasaran masih didominasi konten hiburan yang memiliki aspek pendidikan yang kurang serta kebanyakan adalah hasil produksi dari luar negeri yang memiliki latar budaya yang berbeda dengan negera kita. Kenyataan ini memunculkan kebutuhan akan adanya pengembangan-pengembangan konten/aplikasi berbasis divais bergerak yang lebih banyak, beragam, murah dan mudah diakses. 
       Faktor yang menjadi keterbatasan pemanfaatan m-learning banyak terkait dengan keterbatasan pada divais. Saat ini kebanyakan divais bergerak memiliki keterbatasan layar tampilan, kapasitas penyimpan dan keterbatasan daya. m-learning juga memiliki lingkungan pembelajaran yang agak berbeda dengan e-learning atau pembelajaran konvensional. Dalam m-learning pembelajar lebih banyak memanfaatkan m-learning pada waktu luang (spare time) atau waktu idle (idle time) sehingga waktu untuk mengakses belajar juga terbatas. 
       Kekurangan m-Learning sendiri sebenarnya lambat laun akan dapat teratasi khususnya dengan perkembangan teknologi yang semakin maju. Kecepatan prosesor pada divais semakin lama semakin baik, sedangkan kapasitas memori, terutama memori eksternal, saat ini semakin besar dan murah. Layar tampilan yang relatif kecil akan dapat teratasi dengan adanya kemampuan device untuk menampilkan tampilan keluaran ke TV maupun ke proyektor.

Kerangka Pemikiran tentang Prestasi Belajar 

Berdasarkan pendapat para ahli tentang Pengertian Prestasi  Belajar, maka dapat disimpulkan bahwa Prestasi Belajar adalah hasil yang dicapai atau ditunjukkan oleh peserta didik sebagai hasil belajarnya yang diperoleh melalui pengalaman dan latihan. Hal ini biasanya berupa angka-angka, huruf, serta tindakan yang dicapai masing-masing peserta didik dalam waktu tertentu.

Dari berbagai pengertian tentang prestasi belajar di atas dapat diambil kesimpulan bahwa sebenarnya Prestasi Belajar peserta didik tidak selamanya merupakan gambaran dari kemampuan yang sebenarnya. Dengan demikian Prestasi Belajar di sekolah tidak selalu di wujudkan dengan kecakapan-kecakapan, namun kecakapan itu hanya merupakan sabagian dari unsur pertumbuhan, dan pembentukan dari suatu prestasi belajar. 

Suatu aktifitas dapat dikatakan atau dikategorikan Prestasi atau Hasil Belajar apabila memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
1. Adanya perubahan tingkah laku.
2. Perubahan terjadi dari hasil latihan atau pengalaman.
3. Perubahan itu menyangkut beberapa aspek, yaitu aspek Kognitif,  Afektif, dan Psikomotorik.

Kemampuan-kamampuan peserta didik dalam proses belajar mengajar oleh Benyamin Bloom yang dikutip oleh Nana Sudjana, 2009  mengklasifikasikan secara garis besar menjadi tiga ranah sebagai berikut: 

1. Ranah Kognitif 
Ranah Kognitif berkenaan dengan sikap hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yang meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. 

2. Ranah Afektif
Ranah Afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari lima aspek, yaitu kepekaan dalam menerima rangsangan, jawaban atas reaksi, penilaian,organisasi,dan internalisasi. 

3. Ranah Psikomotorik
Ranah Psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak individu. 

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para pendidik di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan peserta didik dalam menguasi isi bahan pengajaran.  

2.3 Pengajuan Hipotesis
Uji Ketuntasan Tes Prestasi Belajar Keefektifan media mobile learning diuji dengan menggunakan desain eksperimen yaitu Post test Only Control Design. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Desain eksperimen ini digunakan untuk membandingkan prestasi belajar mahasiswa antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan harapan prestasi kelompok eksperimen lebih baik dibanding kelompok kontrol.
Adapun hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Sebelum dilakukan penelitian pada kelas eksperimen dan kontrol maka perlu diuji terlebih dahulu uji normalitas dan homogenitas. Untuk menghitung normalitas data awal dilakukan dengan menggunakan uji Liliefors dengan taraf signifikan 5%. Adapun kriteria dalam uji normalitas adalah sebagai berikut:
Ho : L0 < Ltabel maka populasi berdistribusi normal
Ha : L0 > Ltabel maka populasi tidak berdistribusi norm
Kelas
N
Lo
LTabel
Keputusan
Ekperimen (2A)
30
0,241
0,242
Berdistribusi Normal
Kontrol (2B)
30
0,202
0,220
Berdistribusi Normal

Ho = pengaruh menggunakan mobile learning terhadap peningkatan prestasi belajar siswa  tidak ada perbedaan dengan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran IPS materi tentang interaksi sosial .
Ha = Pengaruh  menggunakan mobile learning terhadap peningkatan prestasi siswa lebih baik dibanding dengan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran IPS materi tentang interaksi sosial
Untuk mengetahui pembelajaran mana yang lebih baik maka digunakan pengujian uji t (pihak kanan) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
 Berdasarkan perhitungan dengan MS. Excel diperoleh rata-rata kelas eksperimen yaitu = 69,83 dan rata-rata kelas kontrol yaitu = 40,83 dengan n1 = 15, n2 = 12 dan s = 12,305 sehingga diperoleh t hitung = 5,98.
Hasil t hitung dibandingkan dengan t tabel. Dari daftar distribusi t dengan peluang 0,95 dan dk = 25 maka t 0,95(25) adalah 1,71. Dari perhitungan didapat thitung sebesar 5,98 dan ttabel sebesar 1,71. Karena thitung > ttabel yaitu 5,98 > 1,71 maka Ho di tolak. Berdasarkan perhitungan diatas karena Ho ditolak dapat disimpulkan hasil belajar IPS tentang materi interaksi sosial  menggunakan media mobile learning dengan pendekatan metamatik realistik lebih baik dibanding dengan model pembelajaran konvensional.
Hal ini membuktikan ada perbedaan prestasi belajar karena guru menggunakan dua perlakuan yang berbeda antara kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan nilai rata-rata kelas eksperimen yaitu = 69,33 dan rata-rata kelas kontrol yaitu = 40,83.
Hal ini didukung oleh penelitian Asabere dan Enguah (2012: 61) mengemukakan bahwa “ Pembelajaran menggunakan handphone dan ahli sistem, jika diterapkan dapat meningkatkan bakat siswa, untuk penyesuaian dalam melatih setiap siswa khususnya pada basis/ kecepatan belajar mandiri yang memungkinkan siswa untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang dasar-dasar, serta dapat mengikuti topik yang lebih maju dari program CLT 101 atau bidang yang lebih khusus” dan penelitian Kaloo dan Mohan (2012: 17) mengemukakan bahwa “Pembelajaran aljabar menggunakan handphone menunjukkan hasil yaitu murid dari kelas pertama dan kelas kedua menunjukkan peningkatan pencapaian, sedangkan kelas ketiga dimana tidak menggunakan handphone tidak ada perbedaan hasil belajar”



BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
METODE Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian pengembangan berdasarkan metode Research and Development (R&D). Metode Research and Development (R&D) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2015:297). Langkah-langkah dalam Research and Development (R&D) menurut Sugiyono (2015:298) terdiri dari 10 langkah, yaitu:
(1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, (7) revisi desain, (8) uji coba pemakaian, (9) revisi produk, dan (10) produksi massal.
Pada penelitian ini hanya dibatasi sampai tahap ke-6 yaitu tahap uji coba produk dan dilanjutkan dengan tahap analisis dan pelaporan karena hasil penelitian tidak diproduksi secara massal dan diuji terbatas Penelitian dapat berangkat dari adanya potensi atau masalah. Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah. Sedangkan masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi (Sugiyono, 2015:298-299). Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, proses pembelajaran masih menggunakan media berupa power point dan metode ceramah serta modul pembelajaran atau buku penunjang siswa belum memadai. Hal tersebut membuat minat siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran kurang antusias dan kurang memperhatikan sehingga materi yang disampaikan tidak dapat diterima secara maksimal oleh siswa.
3.2 Lokasi dan waktu penelitian
Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah dimana penelitian tersebut akan dilakukan. Adapun penelitian yang dilakukan di SMP plus Al – Istiqomah Samarang Kec. Samarang Kab. Garut . Waktu yang digunakan dalam penelitian ini selama bulan Maret 2018 di mulai pada saat pengambilan data pertama mengenai sejarah dan gambaran umum tentang lingkungan di sekolah SMP plus Al - Istiqomah sampai selesai untuk pengambilan sampel atau populasi.

3.3 Populasi dan Sempel penelitian
Teknik Pengambilan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Di SMP Plus Al Istiqomah Samarang . Asumsi dalam penelitian ini bahwa jumlah populasi tidak terbatas. Menurut Likert sampel diambil paling sedikit 30, 50, 75, 100 atau kelipatannya (Riduwan, 2008: 45). Maka dalam penelitian ini sampel yang diambil sebanyak 150 sampel dengan pertimbangan bahwa jumlah tersebut sudah melebihi jumlah sampel minimal dalam penelitian (n = 30).
Teknik pengambilan sampel menggunakan metode Accidental Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang dapat dilakukan sewaktu – waktu sampai jumlah sampel (quota) yang diinginkan terpenuhi. Siapa saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti dan sesuai dengan karakteristik, maka orang tersebut dapat digunakan sebagai sampel.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan data melalui penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan.
1. Penelitian Kepustakaan Penelitian ini dilakukan dengan menelaah bahan-bahan pustaka seperti buku-buku yang memuat teori-teori, karya ilmiah dan bahan lain yang relevan dengan penelitian.
2. Penelitian Lapangan Penelitian ini dilakukan secara langsung di objek penelitian. Metode digunakan ada 2 jenis yaitu observasi dan kuesioner.
a. Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap kondisi yang sebenarnya di lokasi penelitian.
b. Kuesioner yaitu dengan membagikan daftar pertanyaan kepada konsumen yang menjadi reponden secara langsung untuk kemudian dijawab sesuai dengan kedaan sebenarnya sehingga diperoleh informasi dengan realitas dan validitas setinggi mungkin.
Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata sebagai berikut (Riduwan, 2008: 86):
Pernyataan Positif                                           Pernyataan Negatif
Sangat setuju (SS) = 5                                    Sangat setuju (SS) = 1
Setuju (S) = 4                                                  Setuju (S) = 2
Netral (N) = 3                                                             Netral (N) = 3
Tidak Setuju (TS) = 2                                     Tidak Setuju (TS) = 4
Sangat Tidak Setuju (STS) = 1                       Sangat Tidak Setuju (STS) = 5

3.5 Alat Analisis Data
a. Uji Validitas dan Reabilitas
Pada setiap pengukuran selalu diharapkan diperoleh hasil ukur yang akurat dan objektif. Salah satu upaya untuk mencapainya adalah alat 61 ukur yang digunakan harus valid atau sahih dan reliabel atau andal (Simamora, Bilson : 2002: 58). Uji validitas digunakan untuk mendapatkan validitas yang tinggi dari instrumen penelitian sehingga bisa memenuhi persyaratan. Sedangkan uji reliabilitas dilakukan guna memperoleh gambaran yang tetap mengenai apa yang diukur. Uji validitas dan reabilitas ini dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson Product Moment yang diperoleh melalui analisa data dengan menggunakan SPSS version 19.0 for windows.
Item yang memiliki daya beda cukup tinggi akan dihitung reliabilitasnya dengan menggunakan reliabilitas koefisien alpha yang diperoleh melalui analisis data dengan menggunakan SPSS version 19.0 for windows. Item-item dalam skala yang memiliki validitas yang baik dan reliabel akan digunakan untuk mengukur.
b. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis Regresi linear berganda yaitu analisis yang digunakan untuk menghitung pengaruh variabel independen (X1, X2, X3, dan X4) terhadap variabel dependen (Y) apabila terjadi perubahan pada satu satuan dari variabel independen (X1, X2, X3, dan X4).
Rumus yang digunakan adalah:
Y = a + b1 . X1 + b2 . X2 + b3 . X3 + b4 . X4
Dimana:
Y = Perilaku pembelian
X1 = Advertising
X2 = Personal Selling
X3 = Sales promotion
X4 = Publicity
a = Koefisien regresi konstan
c. Analisis korelasi
Yaitu untuk mengetahui keeratan hubungan antara kedua variabel yang dianalisis, dimana hubungan dinyatakan oleh besarnya angka koefisien korelasi dan arah dinyatakan oleh tanda positif atau negative. Apabila r = + 1 atau mendekati + 1, maka korelasi antara dua variabel dikatakan positif, sangat kuat dan bersifat searah, artinya kenaikan atau penurunan nilai X terjadi bersama dengan kenaikan atau penurunan nilai Y.
- Apabila r = 0 atau mendekati, maka hubungan antara dua variabel (X dan Y) sangat lemah atau tidak terdapat hubungan sama sekali.
- Apabila r = - 1 atau mendekai - 1, maka korelasi dikatakan negatif, dan bersifat tidak searah bahwa kenaikan nilai X terjadi bersamasama penurunan nilai Y demikian pula sebaliknya.
d. Koefisien determinasi (r2 ), digunakan untuk melihat besarnya pengaruh variable X terhadap Y.
Uji-t digunakan untuk menguji hubungan masing-masing variabel bebas (X1 dan X2) terhadap variabel terikat (Y), dengan formulasi sebagai berikut : Dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0.05), dengan ketentuan sbb:
Dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0.05), dengan ketentuan sbb:
- Jika thitung > ttabel, maka variabel independent (X1 dan X2) mempunyai keeratan hubungan yang signifikan terhadap variabel dependent (Y).
- Jika thitung < ttabel, maka variabel independent (X1 dan X2) tidak mempunyai keeratan hubungan yang signifikan dengan variabel dependent (Y).

f. Uji Simultan (Uji-F)
Uji-F digunakan untuk mengetahui hubungan/pengaruh secara bersamasama variabel independent (X1 dan X2) terhadap variabel dependent (Y), dengan formulasi sebagai berikut :


Dengan ketentuan sebagai berikut :
H0 = tidak ada pengaruh antara variabel-variabel yang berhubungan dengan variabel independen
H1 = minimal ada satu variabel dependen yang pengaruh dengan variabel independen
α = 5%
a) Jika Fhitung < Ftabel, maka variabel independent (X1 dan X2) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependent (Y), H0 di terima.
b) Jika Fhitung > Ftabel, maka variabel independent (X1 dan X2) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependent (Y), H0 di tolak.

3.6 Hasil Observasi di lapangan
Berdasarkan hasil observasi dengan guru IPS kelas VII, VIII, IX di SMP Plus Al Istiqomah samarang Kec. Samarang Kab. Garut peranan media pembelajaran sangat membantu khususnya dalam menyampaikan materi-materi pada mata pelajaran IPS  yang bersifat abstrak. Media pembelajaran yang digunakan pun sudah sangat beragam mulai dari slide power point dengan bantuan laptop/komputer dan LCD, animasi menggunakan macromedia flash hingga ke project media pembelajaran yang dikembangkan oleh siswa sendiri sebagai tugas kelompok. Ketika siswa merasa tertarik dengan media yang digunakan maka siswa ingin mencoba membuat sendiri media tersebut. Hal ini tentu memberikan respon positif karena selain siswa dapat memahami konsep yang disampaikan dalam media, siswa juga akan belajar mengenai teknologi yang mendukung media tersebut.Setiap siswa unik dalam belajar IPS oleh karena itu guru pun harus ikut unik agar bisa diterima oleh mereka.
Sejalan dengan pendapat kedua guru tersebut dan berdasarkan kenyataan seperti tersedianya kemudahan akses internet untuk penerapan e-learning dan perkembangan teknologi perangkat handphone menjadi pertimbangan dari penelitian ini untuk mengembangkan media pembelajaran mobile learning sebagai daya dukung pembelajaran IPS. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan warna baru dalam media pembelajaran 150 yang unik bagi siswa karena siswa dapat mengakses materi pembelajaran kapanpun dan dimanapun
Hasil penelitian pengembangan yang dilakukan adalah aplikasi mobile learning pembelajaran IPS untuk materi Interaksi Sosial. Pengembangan produk ini dapat diakses dengan memanfaatkan layanan internet pada handphone. Berdasarkan penilaian ahli media memiliki kualitas baik (B) dengan presentase 90,62% dari skor ideal. Penilaian ahli materi 80,55% dari skor ideal sedangkan penilaian dari guru IPS bahwa mobile learning pembelajaran IPS untuk materi Interaksi Sosial yang telah dikembangkan memiliki kualitas baik (B) dengan presentase 90,25% dari skor ideal; 3) Berdasarkan uji coba lapangan skala kecil diperoleh respon siswa setuju (S) dengan presentase 83,67%, sedangkan uji coba lapangan skala besar 91,08% dari skor ideal.


BAB IV
ANALISIS PEMBAHASAN
4.1 Penerapan Mobile Learning Terhadap peningkatan prestasi belajar siswa
Implementation (Penerapan) Mobile Learning terhadap peningkatan prestasi belajar siswa
Produk mobile learning diujicobakan pada selurus siswa SMP Plus Al – Istiqomah Kec. Samarang Kab. Garut Pada Mata Pelajaran IPS Tentang Interaksi Sosial. Uji coba ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kekurangan dan kelemahan dari produk mobile learning, serta menguji keefektifannya bila digunakan oleh peserta didik yang dituju. Proses
pembelajaran untuk pengujian produk mobile learning diawali dengan guru memberikan pengantar materi dengan pokok bahasan writing a simple invitation kepada siswa. Setelah dirasa cukup memberikan apersepsi awal, guru kemudian menjelaskan tentang produk mobile learning dan cara penggunaanya. Proses belajar dilanjutkan dengan pembelajaran mandiri, siswa diberikan kebebasan untuk memilih materi yang sudah tersedia di dalam mobile learning, guru juga memberikan arahan apabila masih ada materi yang kurang dipahami. Penggunaan mobile learning mengajarkan siswa menjadi lebih aktif serta mengurangi kejenuhan dalam menerima pembelajaran Bahasa Inggris khususnya pokok bahasan writing a simple invitation.
4.2 Kajian teoretis
Mobile learning didefinisikan oleh Clark Quinn [Quinn 2000] sebagai : mobile learning merupakan model pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Konsep pembelajaran tersebut mobile learning membawa manfaat ketersediaan materi ajar yang dapat di akses setiap saat dan visualisasi materi yang menarik. Hal penting yang perlu di perhatikan bahwa tidak setiap materi pengajaran cocok memanfaatkan mobile learning. Istilah mobile learning (m-learning) mengacu kepada penggunaan perangkat/divais teknologi informasi (TI) genggam dan bergerak, seperti PDA, telepon genggam, Laptop dan tablet PC, dalam pengajaran dan pembelajaran. Mobile learning (m-Learning) merupakan bagian dari electronic learning (e-Learning) sehingga, dengan sendirinya, juga merupakan bagian dari distance learning (d-Learning)

Konsep M Learning
Dalam beberapa tahun terakhir penggunaan produk mobile yang berbeda seperti ponsel dan smartphone telah meningkat pesat . Selain itu , banyak perhatian telah dibayarkan kepada komputasi mobile dalam industri Teknologi Informasi. M-learning sering dianggap sebagai bentuk e-learning, namun Georgiev, Georgieva, dan Smrikarov ( 2004 ) percaya akan didefinisikan lebih tepat sebagai bagian atau sub – tingkat, dari e-learning. Mereka percaya m -learning merupakan tahap baru dalam kemajuan e-learning dan bahwa ia berada dalam batas-batasnya. M -learning tidak hanya nirkabel atau Internet berbasis e-learning tetapi harus mencakup kapan saja / setiap konsep tempat tanpa koneksi permanen ke jaringan fisik ( Jones & Jo , 2004) . Dengam adanya perangkat mobile memberikan beberapa manfaat bagi lingkungan m-learning seperti membiarkan siswa dan instruktur untuk memanfaatkan waktu luang mereka saat bepergian di kereta api atau bus untuk menyelesaikan pekerjaan rumah mereka atau persiapan pelajaran . Selain itu, m-learning memiliki potensi untuk mengubah cara siswa berperilaku dan berinteraksi satu sama lain ( Luvai , 2005 ) .
Kajian Teori Tentang Prestasi Belajar
Pengertian prestasi belajar
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni prestasi dan belajar. Untuk memahami lebih jauh tentang pengertian prestasi belajar, peneliti menjabarkan makna dari kedua kata tersebut.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, pengertian prestasi adalah hasil yang telah dicapai(dari yang telah diakukan, dikerjakan, dan sebagainya) (1991: 787). Sedangkan menurut Saiful Bahri Djamarah (1994: 20-21) dalam bukunya Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Dalam buku yang sama Nasrun harahap, berpendapat bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada siswa.
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan seseorang atau kelompok yang telah dikerjakan, diciptakan dan menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan bekerja.
Selanjutnya untuk memahami pengertian tentang belajar berikut dikemukakan beberapa pengertian belajar diantaranya menurut Slameto (2003: 2) dalam bukunya Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya bahwa belajar ialah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Muhibbin Syah (2000: 136) bahwa belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Begitu juga menurut James Whitaker yang dikutip oleh Wasty Soemanto (1990: 98-99), belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubhah melalui latihan dan pengalaman.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas bahwa belajar merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan rutin pada seseorang sehingga akan mengalami perubahan secara individu baik pengetahuan, keterampilan, sikap dan tingkah laku yang dihasilkan dari proses latihan dan pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Menurut Winkel melalui Sunarto (1996: 162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya”.
4.3 Masalah yang di temukan di lapangan
Dari masalah yang di temukan di lapangan
  1. Siswa kesulitan memahami materi tentang interaksi sosial pada mata pelajaran IPS
  2. Siswa ingin memahami mata pelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran yang menyenangkan ?
  3. Siswa ingin meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS

Dari uraian permasalahan di atas maka kami rumuskan dalam Rumusan Masalah
1.    Bagaimana Konsep Dasar Pembelajaran dalam  Mobile Learning ?
2.      Bagaimana Fungsi dan Manfaat dari pengunaan mobile Learning ?
3.      Bagaimana Pengaruh Mobile learning terhadap peningkatan prestasi belajar siswa  ?

4.4 Alternatif pemecahan masalah

Tahap persiapan
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap persiapan, antara lain: (1) Koordinasi dan Perijinan untuk mengetahui diperbolehkan atau tidak mengadakan penelitian di sekolah tersebut; (2) Surat menyurat; (3) Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi masalah dengan teknik wawancara kepada guru mata pelajaran IPS kelas VII, VIII, IX mengenai kondisi, situasi, dan prestasi belajar IPS kelas VII, VIII, IX Di SMP Plus Al Istiqomah Samarang Kec. Samarang Kab. Garut ; (4) Penyusunan perangkat pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan LKS pemanfaatan MMLA; (5) Penyusunan intrumen penelitian yaitu tes hasil belajar, lembar observasi aktifitas siswa dan angket respon; (6) Validasi perangkat pembelajaran; (7) Uji coba tes hasil belajar (post-test); (8) Menghitung koefisien validasi dan reliabilitas tes hasil belajar; (9) Merevisi perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian berdasarkan hasil validasi dan uji coba; (10) Menentukan waktu penelitian dengan berkonsultasi dengan guru IPS yang mengajar dikelas VII, VIII, IX Di SMP Plus Al Istiqomah Samarang Kab. Garut.

Tahap pelaksanaan
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap pelaksanaan yaitu: (1) Pemilihan subjek penelitian yaitu seluruh siswa SMP Plus Al Istiqomah Samarang Kec. Samarang Kab. Garut  tahun ajaran 2017 / 2018 ; (2) Memberikan perlakuan berupa pembelajaran memanfaatkan Penggunaan Mobile learning pada mata pelajaran IPS materi tentang interaksi sosial ; (3) Pengisian lembar observasi aktivitas siswa oleh pengamat; (4) Memberikan tes hasil belajar (post-test) kepada subjek penelitian; (5) Memberikan angket respon siswa setelah diberi perlakuan.

Tahap akhir
(1). Menganalisistes hasil belajar (post-test) siswa. (2). Menganalisis lembar observasi aktivitas siswa. (3). Menganalisis angket respon siswa. (4). Menganalisis lembar observasi keterlaksanaan sintaks pembelajaran. (5). Membuat kesimpulan.









BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kemampuan intelektual sangat mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang yang terlihat dari prestasi belajar yang didapat. Untuk mengetahui prestasi tersebut perlu diadakan evaluasi dengan tujuan mengetahui kemampuan seseorang setelah mengikuti proses pembelajaran. Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari kegiatanbelajar karena prestasi belajar adalah hasil dari kegiatan belajar yangmerupakan proses pembelajaran.
prestasi belajar merupakan tingkat keberhasilan dalam proses pembelajaran setelah melalui tahap tes yang dinyatakan dalam bentuk nilai berupa angka. Prestasi belajar dapat diketahui setelah melakukan evaluasi dan evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar.
Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar yaitu Faktor Internal (faktor dari dalam siswa) dan factor eksternal (factor dari luar diri siswa)  dan factor pendekatan belajar.
Untuk mengetahui seberapa jauh prestasi belajar telah dicapai peserta didik, maka diadakan kegiatan evaluasi pembelajaran.Evaluasi pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan secara sistematis dengan mengumpulkan bukti-bukti untuk menentukan keberhasilan belajar. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah garis-garis besar indikator dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur

5.2 Saran
dengan diiringi harapan kami menghimbau serta menyarankan kepada seluruh rekan guru – guru yang mengajar mata pelajaran IPS di tingkat SMP , agar setelah kita memahami dan mengerti mengenai seluruh materi yang akan di sampaikan kepada siswa, untuk meningkatkan prestasi belajar kita dapat menerapkannya langsung di dunia pendidikan.Baik untuk calon peserta didik kita nanti, dan untuk diri kita sendiri. Sehingga apa yang telah kita sampaikan melalui pembahasan ini dapat menjadi ilmu yang bermanfaat dunia dan akhirat





DAFTAR PUSTAKA

1.    Quinn, C. 2000. M-learning, Mobile Wireless in Your Pocket Learning. Dikutif dari: http://www.linezine.com/2.1/feature/cqmmwiyp.html. (Diakses pada Tanggal 25 Mei 2018, pada pukul 13.00 WIB)
2.    Wijaya dan Wisnu. Mobile Learning Sebagai Model Pembelajaran Alternatif Bagi Pemulihan Pendidikan Di Daerah Bencana Alam Gempa Bumi Yogyakarta. Universitas Sanata Dharma.
3.    Mohamed, A. 2009. Mobile Learning Transforming the Delivery of Education and Training. Atabasca University: AU Press.
4.    Rizal. 2012. Pembelajaran berbasis mobil online. Dikutif dari : http://www.bjgp-rizal.com/2012/05/pembelajaran-berbasis-mobile-online.html. (Diakses pada Tanggal 25 Mei 2018, pada pukul 13.00 WIB)
Sumadi Suryabrata. (1998). Psikologi Pendidikan.  Jakarta: Raja Grafindo
Siti Pratini. (2005). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Studing
Budiono. (2005). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Agung.
Nana Sudjana.(2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosadakarya
Bukhari M. (1983). Teknik-Teknik Evaluasi Dalam Pendidikan. Bandung: Jemmars
Winkel WS. (1989). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia

Komentar

Postingan Populer